FEATURED

Pelajaran Biologi Private, Guru dan Siswi MAN

Pelajaran Biologi Private, Guru dan Siswi MAN

Miris membaca dan melihat berseliweran gambar, potongan video, guru, sudah cukup tua dengan anak siswi MAN, berarti remaja. Wajahnya jelas bahagia, tidak tertekan si siswi, artinya bukan per**saan. Fenomena gunung es, di mana-mana sebenarnya terjadi, tetapi jarang yang berani jujur mengatakan ada masalah.

Seorang mahasiswi mau mengadakan penelitian pengaruh konten po***grafi pada siswa-siswi SMP di sebuah kota. Ada sepuluhan sekolah yang mau diteliti, hanya ada dua yang mengatakan setuju. Lainnya menolak, dalihnya jelas tidak mau ketahuan ada masalah. Itulah masalahnya. Tidak berani mengakui bahwa ada persoalan, mengerikan padahal.

Beberapa waktu lalu, mendampingi anak sekolah dasar, kelas akhir. Salah satu sesi memang bicara pendidikan se**ualitas. Ketika ceramah, mereka enggan, tidak ada muka tertarik, namun ketika diskusi kelompok, mereka bercerita. Tidak cowok, cewek juga hampir semua memiliki koleksi film por**. Sekolah jujur meminta pendampingan dalam masalah ini.

Sering ada respon yang mengatakan, pelecehan se****, perk**aan, atau apapun tindak kekerasan berkaitan dengan lawan jenis, pasti tertuduhnya adalah pakaian perempuan. Hal ini jelas-jelas tidak terbukti dari kisah yang sedang viral ini.

Pun kisah-kisah   tragis di sekolah berasrama, pakaian mereka tertutup rapat. Sering malah lebih dari satu yang hamil dan pelakunya tunggal. Korban makin menjadi tertuduh karena seolah menggoda si pria.

Masalah itu ada di hipotalamus, di mana bagian otak ini memang membuat orang tera**sang. Tidak ada masalah keteran**angan itu. Persoalannya adalah  manusia itu bukan hewan, di mana ada akal budi. Filsafat mengatakan,  manusia adalah hewan yang berakal budi. Pada binatang, begitu masuk musim bi**hi yang hajar saja si betina, mau dia menyusui, mau kesakitan, insting hewan tidak ada kelengkapan peduli pada pasangannya.

Manusia, bisa memilih, memilah, dan  mengelola otaknya. Pakaian, UU, ataupun norma tidak akan bermanfaat, jika otaknya sudah konslet duluan. Apalagi rasionalisasi dan penggunaan ayat suci pembenar dibiarkan saja seolah memang perempuannya penggoda, pakaian perempuan menjadikan pria tera**sang.

Masalah berikutnya yang tidak pernah diakui dengan jujur dan lugas adalah otak pria yang mudah tera**sang. Malah perempuan yang dikekang. Pendidikan seksualitas menjadi penting. Jangan seperti menteri pendidikan yang lampau yang mengatakan pendidikan se**ualitas itu tidak penting, naluriah semata. Itu hubungan se**ual Prof, bukan pendidikan se**ualitas.

Sepanjang pemahaman keliru, tidak jujur mengakui ada persoalan, mencari-cari pembenaran dengan dalih agamis, apalagi hanya demi reputasi yang dibangun di atas kebusukan, tidak akan pernah selesai persoalan-persoalan seperti ini.

Miris, masa depan si siswi bisa hancur jika tidak mendapatkan pendampingan yang sangat tepat. Betapa kejamnya netizen kadang tidak tepat guna, maunya “merajam” pelaku, namun suka aatau tidak, menyangkut juga si korban.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan