Thomas Lembong Masuk Bui, Kenapa Mendag Lain Aman?

Thomas Lembong Masuk Bui, Kenapa Mendag Lain Aman?

Beberapa hari lalu ada video yang memperlihatkan seorang menteri memberikan segepok uang pada saat ultah cucunya. Anak ini masih kecil, uang segitu mungkin belum tahu artinya. Kisaran bundel 10 juta, asumsi lho ya. Begitu mudah, padahal dalam masanya begitu banyak komoditi untuk semua rakyat langka. Eh tiba-tiba membanjir pas pilpres.

Eh kini, si Mendag pada masa yang berbeda kena cokok Kejaksaan Agung. Mengapa kog bisa begitu?

Pertama, yang kena tangkap ini bukan orang partai politik, malah cenderung profesional, yang pastinya lebih jago kalau mengadakan jual beli dari pada yang ketum parpol. Tapi ya itu lah negeri ini. Yang mampu malah  dibui, yang gak bisa apa-apa masih menjabat, promosi pulak, karena kepentingan tentu saja.

Kedua, Lembong bukan tipikal birokrat, apalagi politikus, pastinya ia susah melakukan apa yang ia mau di tengah hiruk pikuk kepentingan dan persaingan bisnis, yang penuh dengan intrik dan tipu daya, belum lagi politik di dalamnya.

Ketiga, apalagi jika bicara latar belakang suku dan ras ataupun agama. Dobel bahkan tripel minoritas, ya sasaran empuk untuk dijadikan korban dalam kasus-kasus yang menjerat banyak pejabat ataupun elit negeri ini. Lihat saja  akhir-akhir ini, siapa saja yang dimasukan penjara dan kasus hukum.

Tentu artikel ini bukan membela atau membenarkan perilaku koruptif, karena persamaan latar belakang. Semua sama maling, namun mengapa yang ditangkap hanya orang-orang tertentu. Pihak lain yang jauh lebih lama menjadi perbincangan publik pun bolak-balik dipanggil KPK dengan mudah ngeloyor dan tidak terjadi apa-apa.

Tebang pilih kasus baik KPK, Kejaksaan Agung, ataupun Polri sangat menjengkelkan. Era informasi digital yang sangat terbuka itu memberikan pemahaman dan cara mengetahui begitu banyak hal yang dulunya tersembunyi. Pelajaran hukum juga mudah diakses untuk dipelajari. Negeri ini tidak baik-baik saja. Yang ditangkap dan tidak itu sebenarnya banyak yang sama saja.

Ditangkap tapi tidak seluruhnya jahat, yang  tidak ditangkap juga belum tentu baik secara lebih dari yang dikasuskan oleh penegak hukum. Lihat saja ketika pejabat MA memiliki uang dan emas di rumah setara 1 T, bagaimana yang tidak di rumah, atau “pemain” lain yang lebih lama atau lebih tinggi?

Pengusutan yang sangat terbatas, belum memberikan jaminan negara akan lebih baik. Ketika masih saja tebang pilih dan model pembersihan korupsi alias maling kek ini, jangan harap akan ada perubahan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan