5 Fakta Demokrat Kena Batunya, Kontradiksi Lucu
Akhir-akhir ini Demokrat sedang panen. Begitu banyak data dan ulikan masa lalu yang kini sedang diperoleh elit mereka. Ketika pada masa lalu itu adalah ide mereka sendiri, dan saat ini mereka kelimpungan karena kena batunya. Bumerang yang menyasar pada diri sendiri.
Ketika di puncak orang bisa mengolah dan mengatur segalanya. Lupa bahwa roda itu berputar, pas ada di bawah, kendali itu bukan lagi di tangannya. Abai mengelola untuk bisa bertahan tetap di atas. Apalagi ketahuan mereka belepotan dalam memimpin.
Beberapa bumerang itu sebagai berikut,
Kini, ketika mereka menjadi partai menengah bawah baru tahu rasanya rival mereka pada waktu itu. kebiasaan playing victim, maka kini mereka memainkan pola itu. Merasa pemerintah dan penyeleggara pemilu memperlakukan mereka tidak adil. Kan aneh, ide mereka ketika jaya berbeda di saat sedang di bawah.
Infrastruktur, mengatakan pemborosan di tengah ekonomi sulit. Rakyat dijadikan tameng, kasihan rakyat. Lihat saja cari via mesin pencari internet, SBY dan infrastruktur, apa yang ia nyatakan dan katakan. Sama sekali tidak positif, apalagi mendukung.
Kini, tiba-tiba AHY mengaku kalau 70-80% pembangunan infrastruktur itu inisiatif dan pembangunan SBY, si peponya. Lha mosok anak dan pepo beda sih memandang pentingnya infrastruktur? Ini lupa ingatan atau aslinya emang kurang seons?
Katakan tidak pada (hal) korupsi. Paling fenomenal dan membuat mereka tidak berkutik, ketika satu demi satu elit mereka yang membuat iklan promosi menjelang pemilu mengenai korupsi. Katakan tidak pada korupsi, namun bintang iklan mereka itu semua masuk bui kecuali yang lingkran keluarga Cikeas.
Noda yang sama sekali AHY tidak perhatikan, malah fokus menghajar Jokowi. Sama sekali cela ini lekat apalagi masih terus berlangsung kader mereka pelaku maling elit ini.
Nama Demokrat. Ini jelas paling naif. Namanya saja demokrat, berjiwa demokratis, tapi kakak-adik-pepo semua menjadi pengurus inti partai. Lingkaran setan ketika ada upaya pembersihan dan pembenahan karena mereka memiliki hak “veto.” Di mana demokratis atau demokratnya coba?
Susah melihat mereka berjiwa sama dengan namanya. Jauh lebih tepat bahwa ini feodalisme berbalut demokrasi. Jauh lebih kuno dari partai lain.
Ada kecurangan alias ketidakadilan. Pada pemilu lampau, SBY bereaksi dan mengatakan, jika tudingan kecurangan, pelaksana pemilu bisa berlaku tidak adil, curang itu karena kebiasaan atau perilaku dari yang menuding itu.
Hari ini, SBY ganti menjadi pelaku yang menuding pihak lain potensial berlaku curang. Tudingan yang sama, bagaimana ia akan menjawab jika mendengarkan cuplikan kala itu? Mosok ia akan membantah pernyataan sendiri.
Hal di atas, harusnya menjadikan SBY dengan seluruh jajaran belajar, bagaimana rekaman saat ini begitu mudah dicari dan ditemukan. Kontradiksi dalam waktu relatif singkat, ini aneh dan lucu, sekelas presiden dan ngarep jadi presiden di kemudian hari.
Pemimpin itu dibutuhkan konsistensinya, bukan malah ketidaksesuaian dalam waktu yang relatif singkat. Semakin banyak omong, semakin belepotan dan tidak karuan. Memperlihatkan mutu dirinya dan partainya.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan