Bendera One Piece, Intelijen, dan Intoleransi
Bendera One Piece, Intelijen, dan Intoleransi
Gerak Cepat itu Layak Diapresiasi
Fenomena sosial pengibaran bendera bergambar bajak laut topi Jerami begitu mengusik elit. Persekusi, pembubaran kegiatan minoritas juga mengusik, namun akar rumput. Aksi dan reaksi yang dianggap makar, membahayakan pejabat atas nama negara dengan cepat ditanggapi dengan gegap gempita. Pejabat tinggi mengatakan itu makar, layak dipidana, pemecah belah bangsa, dan narasi yang senada.
Artikel ini tidak hendak pro atau kontra pengibaran bendera fiksi. Toh elit politik yang berkompetisi dalam pilpres ada dua kubu yang pernah menggenakan atribut ini. Siapa yang bermain apa maunya, mereka yang tahu, untuk rakyat bisa buntung, dan terjadi sudah ada yang didatangi.
Intoleransi mana Aksi Mereka?
Sekadar ekspresi kemerdekaan yang diartikan dengan sudut pandang yang berbeda, langsung gerak cepat. Aparat paling bawah pun dilibatkan. Konon RT digerakkan untuk mencari pengibar bendera anime ini. Padahal aksi intoleransi yang demikian marak, tidak perlu menggerakkan RT, video sudah ada di mana-mana. Penyelesaian hanya gerak di tempat. Malah pembelaan demi pembelaan untuk pelaku, dan korban mengais-kais sendiri untuk menyelesaikan luka fisik dan batin.
Selalu dengan slogan yang paling glamor, salah paham. Padahal pahamnya yang salah. Pemahaman mendasar yang keliru, namun dijadikan panglima, oleh pejabat, ya banyak yang mengikuti pola pikir yang sesat itu.

Coba, jika aparat secepat ini untuk menyelesaikan masalah bendera juga melakukan untuk perilaku intoleran. Pasti sudah selesai, tidak akan ada yang mengulangi di tempat lain. Perlakuan penegak hukum yang cuma berdalih, bahwa itu salah paham, harmoni, damai, persatuan, dengan menindas kaum minoritas, jangan salahkan kalau akan terus berulang.
Penyelesaian segera untuk bendera one piece ini yang terdesak dan bisa rugi adalah elit, mengerahkan segala daya Upaya untuk membungkam. Lain cerita untuk aksi intoleransi, yang kena dampaknya adalah masyarakat yang lemah lagi. Mau menggerakan untuk apa?
Keuntungan Kelompok
Sepanjang itu menguntungkan kelompok, apalagi kalangan atas, membahayakan kedudukan dan kekuasaan ya akan dengan cepat, sigap, dan tanpa kompromi akan dilakukan. Padahal jika dipikir dengan jernih pasti akan malu, apa sih dampak pengibaran sekadar bendera? Jika dituduh makar, lha memang siapa dalang atau pemimpin yang akan dituntut dan menggantikan penguasa itu?
Merdeka 80 tahun, namun pola pikir masih sama dengan zaman prakemerdekaan. Kapan maju jika terus berkutat pada hal remeh temeh. Berani mengaku demokratis ya jadikan berani berbeda, ekspresi itu dijamin dalam era demokrasi. Jangan malah kembali kea lam Orde Baru yang penuh pembungkaman. Keknya sekarang lebih keras dan kejam deh. Mundur.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
