Adem, Ayem Deklarasi Nasdem
Pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem disambuh adem ayem oleh publik. Partai sepi dari ingar bingar untuk bergabung. Ormas yang tidak berkedudukan hukum namun nyaring bersuara ala PA 212 malah gerah. Padahal ini adalah pengusung utama si gubernur ketika menjabat di Jakarta. Tanpa mereka, Anies tidak akan bisa menduduki kursi DKI 1.
Makin adem, kala Jakarta mulai diguyur hujan deras dan akhirnya banjir. Musim penghujan yang ternyata hadir lebih cepat. Banjir adalah bukti bahwa kinerjanya di Jakarta yang tinggal melanjutkan saja amburadul. Apalagi memiliki gagasan baru dan spektakuler. Mosok orang kek ini mau diangkat menjadi pejabat yang lebih tinggi dan gede.
Beberapa hal berikut bisa jadi sebagai alasan mengapa adem saja;
Jika mau pasti akan ada kompensasi, dan itu pasti tidak mudah. Bisa jadi Nasdem ini mau mendapatkan keuntungan sebagai pemimpin bisa juga malah pusing sendiri. Bagaimana mereka tidak mendapatkan dukungan malah bisa jadi kudu mencari dukungan agar tidak malu.
Posisi Anies dalam banyak survey memang aman, menguntungkan bagi pengusung, dan juga ada di posisi yang stabil. Hal yang membuat parpol tenang dan nyaman. Tetapi mengapa adem ayem dengan pencapresan Nasdem ini? Survey jelas salah satu indikator saja.
Masalah gubernur yang memimpin Jakarta lima tahun terakhir ini kentara dengan sangat jelas banyak masalah. Para elit parpol tentu saja tidak akan dengan gegabah mau ikut kena getahnya. Nasdem tentu sudah berhitung dengan sangat cermat. Surya Paloh bukan politikus kemarin sore. Jika ini terjadi, Anies berkasus pidana, ia akan dengan cepat bermanufer.
Kepentingan parpol untuk menaikkan posisi pada pemilu mendatang juga sangat penting. Bagaimana mereka juga tidak mau ceroboh, jika capres mereka ternyata kena kasus pidana. Jelas ini pemikiran yang tidak mudah. Maka lahirlah narasi kriminalisasi, penjegalan, dan “perlindungan” status oleh penegak hukum sudah digembar-gemborkan. Padahal yang tidak boleh menjadi tersangka adalah calon yang sudah ditetapkan KPK, bukan deklarasi partai.
Keberadaan Anies Baswedan bersama kelompok radikal, intoleran, dan sektarian itu sangat kuat. Kelompok nasionalis sangat ragu untuk menyokong deklarasi ini. Sangat riskan dan menghawatirkan, peta Nusantara beda dengan DKI. Tidak ada lagi faktor musuh bersama Ahok seperti 2017 lalu.
Kelompok yang selama ini bersama-sama mantan Mendikbud itu juga dulu memusuhi Nasdem. Susah untuk membuat mereka mau berpaling. Nasdem kudu tombok untuk “membeli” mereka ini. sekelompok orang yang tidak pernah konsisten, namun teriak kenceng ini biasanya butuh nasi bungkus dan elitnya kardus, itu semua adalah uang.
Naga-naganya bohirnya sih tidak jauh-jauh dari Cendana dan bagian masa lalu yang terbiasa berpesta pora dengan kekayaan negara. JK yang sudah sangat getol sejak lama untuk kembali panen sebagaimana masa lalu ia mengeruk kekayaan negara demi kelompok, keluarga, dan tentu juga diri sendiri.
Masih akan adem ayem deklarasi ini. Tidak ada yang merespon dengan gegap gempita. Hanya amem.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan