Jokowi, Pilpres, dan Krisis Etika

Jokowi, Pilpres, dan Krisis Etika

Makin panas tensi politik menjelang pilpres. Pengakuan dan terkonfirmasi salah satu yang paling menarik adalah pernyataan Rektor Unika Soegiyapranata Semarang. Ia mengaku ada polisi datang meminta membuat narasi kesuksesan Presiden Jokowi terutama dalam  penanganan covid-19. Pun membuat sebuah testimoni mengenai sikap rektor terhadap petisi para guru besar, dan mengimbau politik damai.

Polisi mengonfirmasi bahwa benar program mereka meminta tokoh masyarakat, salah satu yang dipandang adalah rektor untuk memberikan narasi politik dalam dan mengajak berpartisipasi dalam pemilu mendatang.  Jelas apa yang dinyatakan dan diakui sedikit banyak ada perbedaan, toh kita juga paham dan tahu sama tahu bukan, mana yang lebih tepat?

Usai Ketua MK diberi teguran dan hukuman sebagai pelanggar etika, dalam konteks revisi umur cawapres, menyusul Ketua KPU. Mengapa Ketua KPU dinyatakan melanggar etika? Karena ia menerima pendaftaran cawapres terlambat dua hari. Dua pelanggaran etika dalam kasus ini. Usai melanggar etika, eh pendaftarannya pun demikian. Dobel.

Etika itu soal baik dan buruk, sama dengan moral bukan sekadar bicara benar dan salah, ini lebih tinggi lagi karena benar namun konteksnya benar yang dibangun dengan baik atau buruk. Produk Keputusan MK dan KPU ini tidak mempengaruhi Keputusan cawapres yang bersangkutan.

Apakah mereka tidak paham mengenai etika? Pastinya tahu dengan baik, namun ranah ini mereka juga paham tidak akan menggugurkan ketetapan mereka. Umur tetap terevisi, pendaftaran tetap sah, meskipun cacat moral atau etika.

Jauh lebih penting adalah, kini, apakah bisa seorang pemimpin itu maju dalam kontestasi namun dengan ugal-ugalan melanggar etika dua ketua lagi? Mungkin dalam sejarah belum ada yang seperti itu.

Jokowi minta pujian. Hal yang sangat aneh dan luar biasa. Lihat bagaimana sembilan tahun ini ia dicaci maki, dihina seperti itu, tidak pernah memperlihatkan khawatirnya. Benar, akhir-akhir ini banyak yang menafikan Pembangunan Jokowi. Padahal mata awam saja juga melihat pembangunan  demikian massif bahkan sampai ke desa-desa.

Penanganan covid-19 juga ekselen. Dunia masih terpuruk, toh bangsa ini masih bisa menggeliat dan menuju pemulihan lebih cepat karena bukan lockdown sebagaimana banyak pihak mendesaknya dulu. Pilihan sulit namun tepat. Tidak perlu pengakuan.

Siapa yang bermain dengan model ini coba? Apakah benar ramalan bahwa Jokowi di akhir pemerintahannya akan ditinggalkan sendirian?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan