AHY-SBY Makin Tidak Bisa Tidur Karena Moeldoko-Yusril

Drama Demokrat belum juga berakhir. Tarik ulur, seolah mempermainkan kubu lawan cenderung terjadi. Pelaporan dan tuntutan itu terjadi ketika pihak lain seolah lupa ada kejadian. Kali ini, usai ribut-ribut, AHY, dan SBY melontarkan pernyataan soal pemerintah, tiba-tiba berita Yusril digaet tim Moeldoko menguar.

Cukup menarik tanggapan kubu AHY yang mengatakan, gerombolan Moeldoko sebagai mengada-ada, kala membawa kasus AD-ART ke MA. Hal yang tidak patut dilakukan oleh orang berpendidikan, anggota dewan, dan terutama lagi anggota Demokrat, yang seharusnya demokratis.

Hal yang wajar bukan? Perbedaan pendapat, saling bawa ke meja hijau. Berbeda ketika itu perang opini dengan pernyataan atau menyewa buzzer, influencer. Lebih ngaco lagi jika mengerahkan massa untuk demo bayaran. Hadapi saja dengan bukti dan data yang memang valid, mengapa harus takut dan cemas.

Kembali pada judul, mengapa AHY-SBY sulit tidur?

Kekuatan AHY-SBY itu semu. Jika mereka  memang kuat, benar, dan data-data aman, mereka tidak perlu bingung dan serang sana-sini. Siapkan saja datanya dan selesai. Hakim hanya memeriksa, kalau cocok kubu lawan akan ditolak, sesederhana itu.

Penasihat hukum yang memiliki kekuatan massa, Munarman sudah masuk bui. Bingung lagi mereka, karena tokoh-tokoh politik hukum mereka juga sama saja. Akankah Amir Syamsudin dengan anaknya turun gunung, atau Denny Indrayana. Masalahnya yang dihadapi Yusril.

 Yusril

Yusril itu sudah kerap menang melawan pemerintah, termasuk melawan SBY kala menjadi presiden. kapasitas yang sangat dipahami SBY, kalau AHY paling belum mudeng. Reputasi ini tentu membuat  kubu Moeldoko posisi menang angin, dan kubu AHY yang ketar-ketir.

Posisi AHY-SBY yang  terus menyerang pemerintah secara bak babi buta itu membawa konsekuensi bahwa ada kekhawatiran mereka sedang panik.  Hal yang tidak cukup proporsional untuk bersikap oposan, namun tidak terukur.

Serangan dan tudingan pada buzzer, membuat publik makin enggak mendukung Demokrat, terutama AHY-SBY.  Kekuatan opini ada di tangan pegiat media sosial, lha selama ini mereka mendua. Menyerang tapi juga menggunakan.

Konon, menurut desas-desus, Ibas tidak rela sepenuhnya semua diberikan kepada abangnya. Ini ribet lagi. Kekuatan dan pengalaman berpolitik jelas kuat Ibas, soal mutu sih 11 12. Tanpa bicara kader yang tidak mumpuni.

Kata SBY Demokrat di tangan AHY dan kawan-kawan sangat menjanjikan itu karena SBY ada dalam tempurung. Tanpa mau tahu realitas yang ada. Dunia berlari, SBY berputar di dalam batok kelapa.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply