Oposan Rasa Teh Botol

Ada iklan yang sangat terkenal, teh botol S. Apapun makanannya minumnya teh botol S. Fenomenal dan sangat menjual. Ternyata iklan itu menginspirasi dua parpol yang mengaku diri sebagai oposan untuk menjadi penyeimbang klaimnya pada pemerintah.

Mengapa klaim bukan kritik atau sebuah konstruksi demokrasi? Kecenderungan yang mengaku oposan itu hanya pokok beda, waton sulaya, atas kinerja pemerintah. Yang diaku sebagai kritik itupun sering menyasar pribadi-pribadi yang ada di dalam pemerintahan. Jokowi, Luhut, atau pejabat yang sekiranya membuat mereka mati kutu.

Salawi

Ini iklan teh cap Demokrat, trio SBY-AHY- Ibas selalu saja mencari-cari celah untuk menyerang pemerintah, Jokowi khususnya. Bagaimana tidak, soal mangkrak saja mereka bisa menimpakan itu pada Jokowi. Jangan sampai mangkrak, karena proyek kecil saja tidak selesai. Padahal era siapa yang sampai kini begitu banyak yang mangkrak bukan?

Pandemi saja bisa menjadi alasan ganti presiden. Jika bukan Demokrat tidak bisa. Mana ada, pemilu tidak berkutik, tengah jalan teriak-teriak ganti presiden. Luar biasa, berani menghianati namanya sendiri.

Bencana alam, kecelakaan, apalagi pandemi jelas saja Jokowi tersangka yang harus bertanggung jawab. Padahal banyak banget proyek mangkraknya diselesaikan, tutup mata dan tutup telinga. Lha model demikian kog katanya partai dan pemimpin yang memiliki prospek bagus. Bagus membuat mangkrak kali ya.

teh botol

Komunis

Ini barisan yang sama, oposan, namun miskin ide dan gagasan. Komunis, PKI, dan September dan film G-30 S selalu menjadi andalan. PKS sebagai partai politik sangat getol menggunakan isu ini. ditambahin barisan sakit hati ada Fadli Zon dan juga Gatot Nurmantyo. Jenderal, Panglima TNI yang tidak pernah menangkap dan juga mengungkap adanya PKI, namun begitu pensiun para komunis lahir kembali.

Hal yang aneh, lucu, dan tidak bermutu, ketika ideologi yang sudah tidak laku di dunia, di Indonesia juga terlarang sejak tahun 67, masih saja didengung-dengungkan oleh orang-orang frustasi. Ini sih mau membenturkan kaum agamis yang tidak mikir panjang. Tidak perlu khawatir, masyarakat sudah pinter, yang bodoh itu elit tamak saja.

Bangsa ini cerdas, maju, rakyatnya juga demikian. Hanya elit  tamak gila kuasalah yang tetap pandir karena tidak mau kerja keras. Apalagi kerja cerdas. Maunya enaknya kursi tanpa mau tahu tanggung jawabnya yang gede dan itu harusnya yang utama.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

2 thoughts on “Oposan Rasa Teh Botol

  • September 27, 2021 at 10:06 pm
    Permalink

    Perlu punya tagline, ‘walau oposan jika untuk kemajuan bangsa, selayaknya tetap punya ‘feel’ kawan’
    Terima kasih telah berbagi sudut pandang di artikel ini..

Leave a Reply