Bahlil, Zulhas, Prabowo, dan Kabinet Dagelan

Bahlil, Zulhas, Prabowo, dan Kabinet Dagelan

Hari-hari ini dunia politik bangsa ini sedang dipenuhi dengan drama. Bagaimana tidak, ketika tiba-tiba saja  terdengar harga gas LPG melon atau 3 kg tiba-tiba terlalu mahal sampai kepada konsumen. Harga kisaran Rp. 12.000-an sampai ke pengguna adalah Rp. 19.000-23.000, kadang hingga Rp. 24.000,00 itu di Jawa, konon di luar Jawa bisa sampai puluhan ribu.

Cara paling sederhana untuk mengembalikan harga paling normal, penjualan tidak boleh pengecer, namun harus kea gen atau pangkalan. Nah, masalah timbul, distribusi terhambat, belum lagi spekulan yang memainkan momentum, di Kawasan dengan harga biasa dua puluh ribu kurang langsung melejit dua kali lebih.

Panik, ini adalah jantung keluarga, mak-mak yang terdampak secara langsung. Kebutuhan dasar, dan langka, bisa dibayangkan.

Polemik bahwa konon itu atas restu istana. Langsung dibantah orang Gerindra, bahwa Prabowo tidak tahu menahu hal tersebut. Malah sebaliknya Prabowo perintahkan langsung hari itu juga pengecer bisa mendapatkan hak penjualan lagi.

Langsung disambut ungkapan Menko Zulkifli Hasan, ayo ibu-ibu berterima kasih pada Pak Prabowo. Dagelan macam apa coba, ketika salah satu  Menteri membuat aturan dan kebijakan, malah jadi masalah, langsung dibatalkan Presiden sebagai kepala Menteri. Eh, Menteri lain malah  menyaut dengan meminta rakyat berterima kasih pada presiden.

Apa prestasi Presiden dalam hal ini, kog layak diucapin terima kasih? Sama sekali tidak ada. Semua juga bisa kalua menganulir Keputusan anak buah, hansip di kampung pun mampu, napa jadi presiden dengan omon-omon 58%. Miris.

Maunya membesarkan nama Prabowo, namun Zulhas malah mempermalukan, lha presiden je, bukan pleciden lho kali ini. Serius, mengelola negeri sebesar ini, eh malah diapaki dagelan.

Cenderung untuk memperbaiki baca kamuflase dalam menyikapi keadaan, pagar laut langsung saja bak ditelan bumi. Tidak ada lagi pembicaraan yang masif. Semua lewat karena kinerja Bahlil yang diplesetkan menjadi bahlul dan mengenakan mahkota tabung LPG melon. Miris.

Belum lagi kinerja amburadul kabinet dan  tim khususnya. Katanya hemat anggaran, namun kabinet dengan wakil menteri dan  utusan-utusan, yang lebih terlihat bagi-bagi kekuasaan agar stabil dan politik tenang. Ucapan terima kasih atas dukungan dan suara yang sudah diberikan masa pilpres.

Rakyat dan bangsa ini yang harus menanggung keadaan ngaco seperti ini. Pertaruhan yang sangat mengerikan sebenarnya.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan