Efisiensi ala Prabowo

Efisiensi ala Prabowo

Beberapa saat terakhir banyak berseliweran pembicaraan mengenai efisiensi anggaran. Ada yang menayangkan photo para ASN bekerja tanpa pendingin ruangan. Ada dosen yang berkisah bahwa kertas untuk presensi kehadiran dan UTS saja tidak tersedia. Menteri mengatakan bahwa anggarannya dipangkas sangat besar.

Prabowo sejak lama mengatakan, kurangi perjalanan dinas dan kunjungan kerja, terutama keluar negeri. Jelas ini berbicara mengenai penghematan aggaran. Keterbatasan anggaran belanja negara.

Periode akhir pemerintahan Jokowi dan awal Prabowo ada beberapa gonjang-ganjing berkaitan dengan anggaran. Kenaikan PPN dan UKT perguruan tinggi negeri. Ujungnya jelas mengumpulkan uang masuk kas negara. semua “tertunda alias batal.”

Ironis sebenarnya, ketika bicara   hemat, efisiensi, dan keterbatasan anggaran, namun ada   wacana, penambahan Kodam sejumlah lima, batalyon sebanyak 100 ini hanya untuk Angkatan Darat, berapa anggaran, dana, dan juga rekrutmen anggota baru?

Wacana lagi, sekolah menengah atas gratis yang akan dikelola Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, ada yang janggal, di mana SMA namun bukan di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemensos juga tidak ketinggalan, mau mendirikan Sekolah Rakyat, SR, lagi-lagi gratis dan peruntukannya bagi Masyarakat miskin.

Dua wacana sekolah ini sebenarnya layak dipertanyakan, sudah ada KIP, bansos, dan bagaimana kesemrawutan mekanisme bantuan itu. Jangan sampai malah nambah masalah, yang masuk anak-anak pejabat, jangan mengatakan negative thingking, sudah biasa kog seperti itu. Lihat BBM bersubsidi dan juga LPG 3 kg. Itu contoh faktual.

Pengelolaan yang kacau, lihat program makan siang gratis bergizi yang acakadut. Berjalan sekian lama lebih banyak masalah dari pada harapan. Pengelolaan amatiran dan cenderung mroyek menjadi lebih mengemuka.

Visi bagus, tanpa perencanaan dan cetak biru yang jelas, ya seperti ini. Malah menjadi bahan candaan warga.

Penghematan anggaran yang menghebohkan, pun lihat bagaimana para Menteri belum bekerja namun berlomba-lomba mengatakan anggaran terlalu kecil, minta tambahan, susah bergerak karena anggaran terbatas, dan sejenisnya.

Sebenarnya apa yang Prabowo katakana itu bertentangan dan paradog dengan kabinet yang ia susun. Bagaimana dengan kabinet yang super tambun, badan dan utusan yang bejibun, Menko ada yang cuma mengoordinasi dua Kementerian, semua ketua umum parpol pula, sekadar bagi-bagi kue pendukung,  itu hemat dari mana coba?

Kabinet itu cerminan apa yang akan dilakukan pemerintah. Mau sederhana dengan postur yang amat gemuk begitu apa bisa? Ilustrasi, mengatakan membangun rumah tangga sederhana, namun taman dengan bonsai ratusan juga, garasi berderet mobil mewah, dan bangunan super mewah, apa ya relevan?

Susah apa yang dikatakan dan dilakukan bertolak belakang. Terlihat gagap dan bingung sendiri bukan?