Menanti Sikap Tegas Polisi dan Negara

Menanti Sikap Tegas Polisi dan Negara

Lagi dan lagi Tindakan intoleransi terjadi. Biasa dari yang besar pada yang kecil. Pembubaran ibadah dan ngerinya memakai senjata tajam. Hal yang terus terulang dan sangat mungkin akan demikian. Sikap dan Tindakan tegas penegak hukum dan pemerintah yang hadir sangat penting dan menentukan.

Pembiaran.

Hal demikian sangat banyak terjadi. Cek saja di mesin pencarian, akan dengan mudah tersaji data dan apa yang terjadi, siapa pelaku dan siapa korban, bagaimana pemerintah dan penegak hukum berbuat.

Hukum yang lemah, berbeda Ketika pelaku si mini dan menyasar si maksi, akan sangat berat, tanya saja Ahok, M. Kace, dan banyak lagi. Jangan tanya ke mana Somad, Rizieq, dan sealiran. Hal ini jelas pembiaran, dan bertahun-tahun terjadi.

Hukum yang lemah

Hal ini lagi-lagi juga berkaitan dengan   pembiaran. Ada kelompok elit yang memang takut pada satu sisi dan yang lainnya memanfaatkan kelompok mereka untuk membuat keadaan yang tidak stabil demi kepentingan tertentu.

Pasal-pasalnya sama, namun dalam penerapannya sangat karet. Hal ini berkaitan dengan integritas para penegak hukum.

Integritas penegak hukum

Tentu saja selain karena amplop atau kardus, karena afiliasi dan ideologi yang sama. Lemahnya integritas membuat mereka tidak bisa bertindak adil, karena paradigma yang mereka gunakan sectarian. Padahal seharusnya mereka berdasarkan pada Pancasila, UUD 45 sebagai dasar keadilannya, bukan pada ideologi yang mereka percaya dan Yakini.

Pemahaman agama yang keliru

Sering Kekristenan menggunakan terminolgi pengampunan. Contoh konkrit itu yang dilakukan Almarhum Santo Yohanes Paulus II yang ditembak Ali Aqca, ia mengampuni, namun tetap si penembak melakukan hukuman penjara.

Nah, pengampunan benar, sebagai pengikut Yesus, namun hukum positif negara harus ditegakkan. Hal ini juga berkaitan mau memberikan kesaksian. Termasuk di sini adalah factor dan jalan kenabian yang harus dilakukan.

Diam tidak selamanya benar dan baik. Bersikap juga penting.

Pancasila terkesan hanya menjadi pelindung tanpa arti bagi si minoritas, namun bagi si besar mereka tidak perlu, maka jarang mereka mau mengerti keberadaan dasar negara ini yang begitu penting dan bagus.

Saatnya mengembalikan jati diri bangsa untuk berjiwa Pancasila dan salah satu jiwa dasarnya adalah toleransi. Hal yang sudah cukup lama ternodai oleh pelaku-pelaku yang sama saja afiliasinya.

Apakah akan terus demikian? Pemerintah, Kemenag, harus hadir untuk memberikan penguatan jiwa toleransi. Masih perlu sabar dan perlu waktu agak panjang.   Untung saja para korban memang penuh kasih.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan