Belajar dari Kasus PLN dan Pembiaran Ideolog Ultrakanan

Belajar dari Kasus PLN dan Pembiaran Ideolog Ultrakanan

Pembiaran sekian lama, terutama oleh pemimpin yang mau menyenangkan semua pihak. Tagline satu musuh terlalu banyak, dan seribu kawan kurang itu membuat kalang kabut penggantinya. Usai pembubaran ormasnya dan menyatakan terlarang, toh sekelas BUMN saja masih memberikan panggung.

Konon, di salah satu BUMN kepala unit yang mengadakan acara itu Nonmuslim, tentu saja jerih Ketika tidak memberikan izin. Peristiwa Ahok itu bukan barang mudah bagi pejabat-pejabat yang   mencari aman, demi keluarga, karir, dan sejenisnya. Mereka lebih baik mencari aman dengan memberikan kesempatan apapun itu.

Mengapa masih terjadi?

Jangan naif, lihat saja di media social, banyak kog pejabat atau pegawai mau negeri atau BUMN yang masih meyakinin bahwa ideologi yang mereka Yakini itu benar dan sah-sah saja. Padahal ideologi Pancasila sudah final disepakati.

Termasuk aneh, Ketika sumpah, jelas bukan janji jabatan mereka bersumpah untuk setia pada Pancasila dan UUD 45. Tetapi masih bersikukuh bahwa ideologi mereka masih juga layak diperjuangkan. Wong faktanya Pancasila tidak bertentangan denga apa yang mereka Yakini.

Pembiaran dengan cara tidak menindak tegas aksi intoleransi, di mana mereka-mereka ini ada di belakang aksi-aksi tersebut. Pun aksi-aksi, kampanye, acara keagamaan dengan isi-isi politik, identitas, ideologi yang berbeda dengan negara dibiarkan merajalela. Benar, sudah ada pelarangan, toh semata di atas kertas.

Mengapa? Ya karena memang masih banyak yang menggunakan itu untuk pansos politik. Hal yang sangat serius, agama, ideologi tertentu namun dijadikan sarana politik. Harusnya kaum beragama yang harus menghentikan, bukan malah marah ketika ada pihak lain memberikan masukan.

Penyusupan ke Lembaga-lembaga negara, BUMN, kampus-kampus negeri itu sudah sangat massif pada tahun-tahun lalu. Pelarangan bahkan menjadikan sebagai ormas terlarang membuat mereka yang sudah di atas angin meradang. Kemenangan di depan mata  bisa sirna tiba-tiba dan itu bencana.

Lihat saja mereka-mereka ini yang sering memprovokasi untuk tidak cinta tanah air, untuk saling curiga, untuk apa? Ya biar mudah untuk ditaklukan, dikalahkan, dan dijadikan negara sebagaimana mereka inginkan.

Memanfaatkan dan atas demokrasi mereka mengampanyekan ideologi lain. Sangat terlihat vulgar jika mau jeli melihat postingan, komentar, atau pernyataan mereka-mereka ini.

Tindakan tegas dari manajemen memang patut diapresiasi. Lihat saja siapa yang marah, memaki, menyalahkan, mengatakan antiagama, ya jelas mereka penganut paham ultrakanan yang memanfaatkan alam keterbukaan ala demokrasi.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

 

 

Leave a Reply