AHY Jangan Merengek saja

AHY Jangan Merengek saja

Koalisi Perubahan yang digadang-gadang Nasdem dengan bakal calon presiden Anies Baswedan ini menyisakan banyak kelucuan. Salah satunya adalah persoalan cawapres yang masih menjadi perebutan. Eh terbaru malah ada nama lain yang disodorkan partai inisiator atas nama titik tengah.

Salah satu yang paling lucu itu AHY dengan Demokrat. Mengaku, hasil survey mereka pada posisi tiga besar, namun  ketika berurusan pencapresan malah merengek, bahkan ada yang mengatakan mengemis-ngemis.

Padahal ia adalah ketua partai politik yang memiliki kursi cukup di DPR-RI. Mengapa harus merengek dan malah siap “mengangkang”. Ia mengatakan, jangan sampai kawin paksa untuk menentukan cawapres Anies, artinya ia sudah siap dan mau dikawinin namun malah enggan si pasangannya.

Reputasinya, terutama pepo yang dua periode menang pilpres adalah jaminan, mutu, dan juga gambaran ia memiliki kapasitas yang lebih, mengapa kudu ngemis, merengek, dan malah seolah tidak punya apa-apa.

Keberadaan partai yang ia miliki, itu adalah poin penting. Anies itu tidak punya pendukung asli. Hanya mengandalkan hasil survey tiga besar yang tidak beranjak, itu kan sama saja maya, belum pasti. Sebelas dua belas dengan keberadaannya di tiga besar bukan?

AHY yakin tiga besar, kenapa tidak yakin untuk tanpa Anies Baswedan ia juga bisa maju dan besar. Ini soal kepercayaan diri yang menjadi aneh dengan dua hal yang identic. Poin diri sendiri abai malah terpesona capaian orang, sama-sama hasil survey.

Samar-samar mendekat tanpa respon, AHY menyatakan dengan bulat, terbuka, dan terus terang bahwa ia dan partainya menyokong Anies Baswedan capres.   Eh malah Surya Paloh dipanggil ke istana. Semua berubah dan pendapat banyak yang mengatakan, jika besar kemungkinan Nasdem meninggalkan bacapres yang mereka deklarasikan.

Hal itu makin menguat, Ketika mereka mendekat dengan sekber Gerindra-PKB. Elit Nasdem pun sudah lebih seru mengatakan, sangat mungkin mereka meninggalkan Anies sendirian. Nah, bagaimana arah AHY dan Demokrat jika demikian?

Posisi Demokrat sangat lemah. Mereka masih bisa Bersama dengan PKS, tetapi masih perlu satu lagi partai dan itu sangat susah. Mereka masih bisa mengajak kemungkinan ada di P3, PAN, tetapi pasti komposisi berubah. Jika mau memaksakan ARB-AHY tentu beaya sangat mahal, dan itu hanya AHY dan Demokrat yang harus mengeluarkan modal.

Peta makin susah untuk AHY-Demokrat. Peringat ketiga kan masih asumsi, belum actual. Mereka tidak cukup modal untuk meyakinkan public bahwa jagoan mereka memang luar biasa, sebagaimana Jokowi pada 2014 atau SBY pada 2004 lalu.

Makin pelik hitung-hitungan para elit parpol untuk bisa mengusung kandidat terbaik mereka. Perpindahan elit partai ke partai lain juga menambah seru dan rumitnya tebak-tebakan strategi kompetitor.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply