Belajar Menang dari Korea

Belajar Menang dari Korea

Timnas Indonesia U 23 lolos ke semifinal dengan mengalahkan tim Korea Selatan, padahal pelatih kepala Shin Tae-yong  berasal dari negeri gingseng itu. Menarik adalah apa yang disampaikan mantan pelatih tim Korea Selatan itu ketika harus mengalahkan negerinya sendiri.

Menghentikan rentetan 10 kali ikut olimpiade itu sebenarnya sangat berat, dan pelakunya adalah dia. Dukungan warga Korea Selatan itu yang sangat bagus, bijak, dan dewasa. Mereka mengatakan, bahwa hal itu adalah normal, wajar, dan memang permainan tim asuhan  STY lebih baik.

Cukup menarik, membayangkan jika yang kalah tim Indonesia, atau pelatih bulu tangkis Indonesia yang di luar negeri, mengalahkan pemain atau tim Indonesia, apakah bisa seobyektif, sebijak, dan sebesar itu jiwanya dalam mendukung pelatih yang menang?

Saya kog pesimis dan juga ragu bahwa netizen khususnya di sini bisa selegawa itu. Hal yang sangat sulit.  Menerima kekalahan apapun bentuknya. Padahal salah satu ciri orang dewasa itu menerima kekalahan dan keadaan yang di luar ekspektasi dengan berbesar hati.

Salah satu ciri ksatria, mengaku kalah dan salah. Lihat di sini hal itu masih jauh dari harapan. Tidak menghargai proses maunya protes saja. Sangat memprihatinkan.

Semifinal itu sebuah prestasi, sejarah, dan hasil luar biasa. Hanya saja apa yang sedang diperjuangan itu masih belum apa-apa. Jangan jemawa, apalagi nanti sindrom bintang dan tenar membuat semua melayang. Hal yang sudah sering terjadi.

Korea Selatan dan juga masyarakatnya pasti sudah sangat biasa menghadapi kegagalan, pun kemenangan dan juara. Langganan ikut piala dunia senior, jadi mereka sudah sangat paham dengan perasaan menang, kalah, dan menjadi juara ataupun sekadar penggembira. Proses panjang, disiplin, dan juga kehendak kuat untuk bisa berbuat banyak.

Sikap mental positif ini yang ditularkan melalui STY dan sedikit banyak sudah mulai tampak hasilnya. Lihat saja bisa menggagalkan tendangan penalti pemain Australia, kemudian  dua tendangan dari pemain Korea Selatan. Itu bentuk perkembangan luar biasa. Sering sudah kalah sebelum bertanding.

Wajar ketika seorang rekan penulis mengatakan, Indonesia selama ini salah asuhan. Pelatih, pengasuh tidak bisa memberikan dampak mengenai mental juara. Malah lebih sering kalah dengan kepentingan yang di luar bola yang lebih dominan. Mereka kalah, dan kali ini STY menang atas perilaku itu semua.

Layak didukung pada jalur yang benar. Hindarkan dari  hiruk pikuk politis, ideologis, dan juga mafia yang bergentayangan. Biarkan bola ya pada ranah sepak bola.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan