Demokrat Galau

Demokrat Galau

Pendaftaran capres-cawapres makin dekat. Partai-partai makin terbentuk dengan pasti koalisinya. Bacapers Anies dan bacawapres Imin jauh hari lebih memperlihatkan kebersamaan yang lebih jelas. Partai pendukung Nasdem dan PKB hanya menunggu waktu adanya tambahan PKS. Demokrat yang hengkang terlihat limbung.

Bersama koalisi yang mengusung Ganjar ada PDI-Perjuangan yang minta syarat bahwa kudu deklarasi dukung Ganjar dulu baru bergabung. Hal yang wajar ditekankan PDI-Perjuangan, jangan sampai Demokrat hanya mau enaknya sendiri, sebagaimana dua periode pilpres lalu, yang hanya omong dan tanda tangan di administrasi, tanpa mau kerja memenangkan Prabowo-Hatta ataupun Prabowo-Sandi.

Partai banteng sudah paham karena perilaku politik SBY dan Demokrat yang selalu terulang. Kemarin, kebersamaan dengan Nasdem dan PKS juga mirip. Mereka, terutama AHY ke mana-mana, menyodorkan diri, padahal di koalisi awalnya sudah ada gambaran, memang belum pasti sih. Toh, dengan pendekatan yang lebih halus dan sabar, bisa jadi mereka dapat kursi itu.

Kini, mau ke koalisinya Prabowo, jelas mereka kalah segalanya. Kursi dan pemilih lemah, jauh di bawah Golkar. Kapasitas jelas kalah pula dari Erick Thohir sebagai andalan PAN, atau Airlangga ketua umum partai besar. Posisi terjepit karena memang kurang modal partai dan pemilih. Hanya merasa besar karena ada Yudoyono di sana. Masa lalu yang tidak gemerap sebenarnya.

Publik masih ingat kog,   bagaimana laku politik SBY dan Demokrat itu. Selama memimpin dan juga selama memilih oposan. Yang ada bukan melakukan kawalan terhadap jalannya pemerintah, namun lebih banyak mencela, nyinyir, dan asal beda, bukan oposan berkelas.

Sayang sebenarnya kapasitas SBY dan Demokrat bisa lebih baik dari itu. Apa yang mereka lakukan fokus pada partai dan keluarga sendiri, bukan negara. Rekam jejak yang demikian mau dijual bagaimana lagi.

Prestasi. Sebaiknya AHY itu memberikan bukti dulu dengan kinerja moncer. Selama ini cenderung hanya mengandalkan bapaknya. Partai yang dimiliki bukan karena kerja keras, pemberian SBY. Pun ia memimpin tidak memberikan pembuktian apapun. Menanggapi fenomena dan isu-isu terkini juga tidak begitu luar biasa, malah cenderung waton berbeda, sama sekali tidak memberikan kebaruan dan visi cerdas.

Kepercayaan public atas Jokowi di atas 80%, kog malah dipatahkan dengan mengambil tagline perubahan. Jelas saja tidak laku. Padahal ia sendiri belum terbukti kinerjanya, mau mengubah apa dan seperti apa coba?

Mengenai utang negara  yang diulang-uang juga sebuah boomerang. Bom bunuh diri karena era Demokrat berkuasa juga utang gede, proyek malah mangkrak, ke mana larinya uang dari utang itu coba?

Menanggapi, menyanggah, dan kritis pada pemerintah itu modal besar untuk tenar. Asal jelas parameternya, arahnya, dan juga tujuannya. Semua jelas untuk kepentingan sendiri kog, mau pemilih berpaling kepadanya. Pasti tidak begitu yang terjadi.

Saatnya belajar bagi AHY, tidak perlu merasa diri gede terus. Mendongak bisa membuat tersandung. Sudah terjerembab berkali-kali mosok mau diulang terus.

Salam Penuh Kasih
susy Haryawan