Rubah dan Koalisi Perubahan

Rubah dan Koalisi Perubahan

Menarik apa yang Anies Baswedan lakukan di Australia beberapa hari lalu. Tentu berkaitan dengan pilpres, tidak mungkin tanpa agenda apapun bicara di negeri kanguru itu. Di dalam  negeri stagnan, mencoba peruntungan ke negeri tetangga. Benar mereka tidak memiliki hak pilih, namun bisa menggunakan kekuatan uang mereka membeli pemilik suara di dalam negeri dengan berbagai cara.

Sebuah kisah, ada rubah yang menginginkan anggur yang manis. Apa daya ia tidak mampu mendapatkannya. Alih-alih berusaha atau meminta bantuan, si rubah malah berteriak-teriak seantero hutan, jika anggur itu tidak enak, masam, dan mengecewakan.

Hal yang sering terjadi di sekitar kita. Bagaimana ketika mau memperoleh sesuatu dan gagal, kecenderungannya adalah menjelek-jelekan apa yang tidak mampu diperoleh itu. Mirip dengan  ABG yang ditolak oleh lawan jenis yang ditaksirnya, biasanya akan menutupi diri dengan sombong, bahwa ia tidak ditolak, namun si pujaan hati itu, jelek, tidak menyenangkan, dan litani kesalahan dan keburukan yang ada.

Koalisi perubahan, lha kog identik ternyata, perilaku kisah atau cerita si rubah. Apapun yang dilakukan hanya mencela, menjelekkan, dan mendegradasi apa yang sudah pendahulu lakukan. Mirisnya adalah publik paham bagaimana rekam jejaknya sama sekali tidak memberikan keyakinan pada publik bahwa ia berkompeten  untuk menjadi pemimpin.

Perubahan itu bisa berkembang lebih baik ataupun mundur alias rusak. Nah, apa yang Anies lakukan untuk Jakarta publik yang waras dan berfikir nasionalis tentu paham bahwa ia merusak, membawa perubahan secara negatif. Benar bahwa ia adalah antitesis Jokowi.

Antitesis Jokowi yang sudah pernah terlontar oleh elit Nasdem itu tidak bisa digantikan dengan narasi yang mengatakan, jika Anies menjadi presiden akan meneruskan pekerjaan dan rancangan Jokowi. Aneh dan naif, ketika Jakarta saja dirusak, mosok mau membangun yang lebih gede.

Di negeri tetangga mengatakan, jika pemerintah pusat sangat buruk menangani pandemi, ia paham karena Australia itu memang selalu berfikir buruk dan memang menghendaki Indonesia lemah cek saja berapa kali mereka mengatakan dan curiga bahwa Indonesia tidak jujur mengenai pandemi, pemerintah RI gagal melakukan pengendalian dan sebagainya.

Anies paham betul Australia adalah bagian dari Barat yang sangat goncang karena pemerintahan Jokowi. Antitesis Jokowipasti mereka sukai, usai dubes USA datang ke PKS, ini adalah bukti Barat terlibat dalam mengajukan Anies sebagai boneka mereka.

Mereka, Barat berkepentingan demi bisa nyolong sumber daya alam Indonesia sebagaimana masa lalu. Jokowi adalah penghalang utama, jangan sampai bahwa penggantinya setipe dan segagasan. Jauh lebih penting bagi mereka adalah boneka yang bisa dikendalikan. Ketamakan kunci bagi mereka masuk untuk mengajukan Anies sebagai kandidat yang akan bisa mereka kendalikan.

Ketidakadaan kemampuan, tamak, gila hormat, sangat cocok bagi Barat untuk menjadikan boneka di negara sebesar Indonesia yang sedang menggeliat dan berani melawan mereka. Orang tamak yang tidak mampu apa-apa model Anies sangat cocok dan tepat, lihat juga di belakangnya orang-orang rakus yang biasa berpesta pora selama ini.

Makin kelihatan bagaimana  Barat mau kembali menguasai RI demi kekayaan alam yang melimpah. Mosok rakyat juga masih mau dikibulin demi kerakusan elit-elit negeri ini sih?

Jangan sampai si rubah dan koalisi perubahan mengusung boneka Barat menguasai negeri ini. Rekam jejak  buruk, pemakai politik identitas, tidak punya kemampuan, dan terutama rakus tidak layak memimpin.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply