Lagi Prabowo Ditegur

Lagi Prabowo Ditegur

Pada peringatan hari TNI beberapa hari lalu, cukup menarik apa yang Presiden Jokowi katakan dalam sambutannya. Ia menyoroti mengenai penggunaan anggaran untuk  alutsista. Perbandingan dengan anggaran dalam APBN yang sangat sempit, dan pembeliaan alat perang yang tidak demikian mendesak.

Hal yang sangat menarik untuk dikupas, setelah  pernyataan Presiden Jokowi mengenai ketahanan pangan yang akan berhasil di tangan Ganjar Pranowo, belum cukup lama sudah diulangi dengan lebih lugas, soal penggunaan anggaran yang bahasa lugasnya adalah boros, tidak tepat sasaran, di tengah kebutuhan lain yang lebih mendesak.

Apa yang terjadi adalah,

Pertama, dalam rakernas partai banteng, Jokowi masih membalikkan kegagalan Prabowo dengan pernyataan akan sukses di tangan kompetitornya untuk pilpres 2024. Bahasa simbolik yang sebenarnya juga sudah sangat jelas. Prabowo tidak bisa bekerja sebagaimana Ganjar nantinya. Sudah teruji di masa kerjanya yang tidak jalan, di tangan Ganjarlah semua bisa terealisasi. Masih cukup halus.

Kedua, sambutan dalam HUT TNI ini masih juga samar, tapi sangat transparan, jelas, lugas, dan siapa yang dimaksud tentu semua paham. Faktanya, di luaran jauh sebelum ini pembahasan pembelian alat perang dan juga seragam di Kemenhan itu terjadi pemborosan, bahkan pembelian pesawat bekas itu menjadi bahan bulan-bulanan publik di medsos.

Seragam yang pengadaannya dengan mengimport jelas aneh dan lucu. Apa sih urgensinya pakaian, kain, dan hanya pelindung tubuh yang tidak begitu mendesak harus import. Fakta lain, perusahaan dalam negeri malah memasok pakaian untuk tentara negara lain. Teknologi apa yang mendasari harus mendatangkan dari luar negeri.

Tentu berbeda ketika itu pesawat perang, kapal perang, perlengkapan perang dengan teknologi khusus yang belum mampu anak negeri  membuatnya. Kain lho, dan produk anak negeri dipercaya negara lain.

Ketiga, teguran secara publik tentu saja sudah melalui teguran lisan dan personal. Artinya apa? Ya sangat bebal atau sudah terlalu sulit untuk diberitahu secara pribadi. Mau mengatakan, jika model demikian kog mau promosi dengan kekuasaan yang lebih gede, itu mustahil.

Kapasitas yang tidak lagi pas bagi seorang Prabowo untuk sekelas RI-1. Terlalu riskan, wong boros, tidak tahu skala prioritas, pekerjaan terbengkalai, malah asyik mau nyapres.

Keempat, tanda dan signal yang sangat jelas diberikan Presiden Jokowi seperti apa mutunya Prabowo dalam bekerja. Suka atau tidak, sepanjang menjadi oposan tidak kentara mutunya. Dulu di militer sangat mungkin karena dukungan mertuanya selaku penguasa tunggal dan mutlak Orba siapa bisa membantah. Jabatan Menteri Pertahanan membuktikan Prabowo tidak bisa apa-apa.

Apakah mau dibantah dengan apa, jika Presiden Jokowi yang mengatakan? Valid dan sah, dia tidak cukup mampu menjadi sekelas menteri, apalagi kepala dari para menteri?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan