Efendi Simbolon Kena Batunya

Sejak 2014 politikus ini selalu berdiri oposan pada Jokowi. Entah ngarep menteri atau apa, kurang jelas. Yang pasti maju nyagub pun ia kalah. Sering bersikap oposan lebih galak dari PKS, Demokrat, atau Gerindra waktu itu.

Berbicara seolah paling pinter, bener, dan menguasai semua hal. Apapun kebijakan pemerintah-Jokowi sebagai sebuah kesalahan. Tidak ada benar-benarnya.

Mengatakan Jokowi sebagai pribadi dan presiden seenaknya sendiri. Hal yang tidak akan menjadi persoalan. Orang Jawa tulen yang memakai falsafah ngalahke tanpa ngasorake, ngluruk tanpa bala. Tidak pernah bereaksi secara berlebihan. semua terukur. Mana yang penting dan mendesak, mana yang tidak penting.

Pembiaran celotehnya selama ini, posisi dewan yang cenderung arogan, egois, berfokus pada mereka sendiri, membuatnya jemawa, lupa daratan. Kini, ketika menyoal, menyinggung lembaga TNI-AD, balasan setimpal.

Anggota dewan yang terbiasa paling itu mendapat balasannya. Menyoal korp yang memang solid. Aksi dan reaksi yang sepadan. Sebuah mekanisme yang memang harus seperti itu. Shock terapi yang sudah seharusnya dilakukan oleh pihak-pihak yang memang dirugikan dewan.

Etika itu di atas hukum. Atas nama hal atau kekebalan selaku legeslator, namun mereka seting abai mengenai etika, sopa santun, menghargai kolega sebagai manusia yang bermartabat. Padahal reputasi mereka sendiri juga semua paham seperti apa.

Miris melihat perilaku anggota dewan yang konon yang mulia itu. Mulia itu  perilaku, tutur kata, capaian, bukan karena jabatannya. Buah pikirnya yang mulia bukan karena kedudukan yang membuatnya terhormat.

Reaksi tentara sangat wajar. Memang ketika sudah ada ancaman tidak lagi normal. Namun reaksi yang disampaikan memang harus. Mengapa?

Arogansi harus disikapi dengan tegas. Ingat tegas bukan berarti kasar dan juga sama arogan. Tegas. Sikap yang jelas, lugas, dan bermartabat. Pembelajaran agar anggota dewan bisa empan papan. Menuntut hak juga harus tahu kewajiban. Selama ini hanya berkutat pada hak mereka saja, namun abai bahkan seolah tidak paham kewajiban mereka.

Sikap TNI ini bagus bagi pembelajaran bagi Efendi Simbolon dan kawan-kawannya, biar kalau bicara bisa lebih teratur. Menghargai bukan merendahkan, ada pihak lain yang setara  bahkan kadang lebih tinggi namun direndahkan.

Kemuliaan anggota dewan itu seharusnya tercermin dar tingkah laku, tutur kata, dan perbuatan dalam rapat, sidang, mengemukakan pendapat, tidak malah menghujat di sembarang tempat kemudian berlindung di balik kekebalan legeslatif. Ini sih naif.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

 

Leave a Reply