Mimpi SBY

Mimpi SBY

Usai puteranya bertemu puteri Megawati, SBY bermimpi. Pertemuan AHY dengan Puan itu membekas sangat dalam bagi mantan presiden dua periode itu. Sampai-sampai terbawa dalam mimpi. SBY bermimpi naik kereta bertiga dengan Presiden Megawati dan Presiden Jokowi dengan disambut di stasiun oleh Presiden VIII (9anjar, penulis).

Menarik itu apa yang Pepo  angankan dan impikan dengan  memimpikan, fakta bahwa SBY bermimpi juga mengangkan kalau PDI-Perjuangan mengajak koalisi dengan menjadikan AHY sebagai bakal  calon wakil presiden bagi Ganjar Pranowo.

Beberapa hal unik dan asyik ketika diulik lebih lanjut;

Pertama, bagaimana sikap SBY-AHY beberapa saat kemudian, ketika biasa mencela apapun yang berbau pemerintah. Negara tidak baik-baik saja, pemilu akan penuh kecurangan, utang yang akan membebani Anies dan seterusnya.

Apakah masih akan sama dengan nyinyiran model demikian? Sangat diharapkan sebenarnya tidak berubah, sehingga masyarakat itu tahu bahwa Demokrat konsisten. Tidak kemudian menjadi jinak dan pendiam karena mendapatkan tawaran empuk. Jika demikian model oposannya, murahan, berisik ketika lapar saja.

Kedua. Beberapa pihak menyatakan, bahwa hal ini adalah sebuah babak baru, bagaimana “perang dingin” Mega-SBY bisa terjembatani. Memilukannya adalah ketidakdewasaan itu ditemukan karena kepentingan koalisi, bukan demi bangsa dan negara.

Ketiga, ada keyakinan sebagian pihak, Megawati itu memilih cawapres yang tidak berpotensi untuk menjadi rival di periode kedua ataupun saat pergantian presiden. Lihat JK, dan Makruf Amin. Mereka bukan kompetitor. Padahal AHY semua pihak juga paham, apalagi Ketum Partai Banteng moncong putih.

Keempat, Demokrat, hanya rilis survey Kompas yang menempatkan partai mersi itu sebagai tiga besar. Rata-rata survey lain menyatakan, bahwa keberadaan partai ini tidak cukup signifikan. Artinya, tidak cukup relevan menyandingkan AHY dengan Ganjar.

Kelima, ketokohan AHY juga belum cukup, sebagaimana Nasdem saja tidak melirik sama sekali. Aneh saja kalau sampai PDI-Perjuangan membawanya dalam ranah kontestasi sebesar pilpres.

Keenam, suara Demokrat dan AHY sama sekali tidak membantu pemenangan Ganjar. Masih terlalu hijau, minim pengalaman dan rekam jejak, kurang dalam pergaulan yang lebih luas untuk menjadi orang nomor dua di negeri ini.

Ketujuh, dari berbagai pernyataan yang ia anggap kritik, padahal lebih tepat nyinyir dan ungkapan syahwat kekuasaan semata-mata itu tidak mencerminkan pemimpin nasional yang memiliki visi dan misi bernegara. Lebih cenderung kepentingan pribadi dan keluarga.

Kedelapan. Demokrat menolak RUU Kesehatan dibawa dalam sidang pleno DPR RI, bersama dengan PKS. Lihat,  apa yang mereka lakukan itu tidak berfikir demi bangsa dan negara, hanya memikirkan pokoke beda dengan pemerintah. Apakah ini logis bersama-sama dengan Ganjar  dan PDI-P yang sangat nasionalis.

Kesembilan, AHY dan Demokrat sama sekali tidak pernah bersikap    terhadap aksi intoleransi dan gerakan radikalis. Bertolak belakang dengan Ganjar Pranowo yang sangat tegas dan keras.

Mimpi SBY hanya menjadi mimpi, pangimpen, pangangenangen, hanya sebatas angan atau lamunan semata. Susah melihat bisa terwujud.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan