Fauzi Baadila Komisaris, Menyusulkah Neno atau Ratna Sarumpaet?
Fauzi Baadila Komisaris, Menyusulkah Neno atau Ratna Sarumpaet?
Menarik apa yang terjadi dalam dunia politik Indonesia akhir-akhir ini. Seolah pakem yang ada itu sudah tidak lagi berlaku. Jargon politik itu tidak ada kawan sejati dan lawan abadi sangat vulgar terjadi.
Beredar film singkat di media social, ada seorang pesohor yang sedang mengelupas, merusak APK, alat peraga kampanye pasangan Jokowi-Amin. Tentu saja ini terjadi lebih dari lima tahun lalu. Masa kampanye pilpres 24. Tanpa narasi pun orang sudah paham.
Tahu yang membuat muak adalah, orang ini menjadi komisaris BUMN. Jadi kepikiran, sebentar lagi bisa-bisa Neno Warisman dan Ratna Sarumpaet bisa jadi wakil menteri atau komisaris di BUMN. Siapa tahu? Kan orang yang menjelek-jelekan Pancasila jadi duta Pancasila, melanggar jalur Transjakarta menjadi duta Transjakarta. Rusak tatanan.
Orang yang merusak, menghina, mengolok-olok, dan melanggar malah jadi sesuatu, mendapatkan ganjaran, hadiah luar biasa. Padahal tidak kurang-kurang orang yang ikut berjasa, membawa dampak baik, membantu, dan mengupayakan hal-hal baik malah dicampakkan.
Bisa direkam generasi muda, bahwa tidak usah berbuat baik, berprestasi, atau mengupayakan hal baik, wong malah sia-sia. Jangan salahkan generasi mendatang yang tidak mau berjuang dan melakukan kebaikan yang susah. Lebih enak ngaco namun mendapatkan hadiah yang besar.
Pilpres 24 itu jelas bukan pilihan 19. Kondisi bahkan berkebalikan dengan kompetisinya. Dulu berdarah-darah malah tidak dapatkan apa-apa, yang dulu mencela, mencaci-maki, dan merusak, sudah memperoleh begitu banyak keenakan.
Omong kosong dan bullshit jika bicara lupakan berseteruan, jalin persatuan. Tidak dengan cara demikian. Jauh lebih bermartabat, jika dulu mencela ya jangan mau ikut dalam pesta. Munafik.
Relawan pastinya tidak ada pamrih sama sekali. Namun bahwa pemberian hadiah, reward itu sebuah kewajaran dan bahkan keharusan yang mendapatkan bantuan itu. Hukum alam yang di Indonesia, malah didapat oleh si antagonis. Miris.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan