Homo Sapiens Diterjemahkan Gay Men

Homo Sapiens Diterjemahkan Gay Men

Sebuah pemberitaan menyajikan adanya museum yang memberikan narasi dalam salah satu bagiannya adalah kata-kata homo sapiens yang dituliskan dalam bahasa Inggris menjadi gay men. Salah satu komentar mengatakan, sembaranangan dalam bekerja, menerjemahkan dengan google translate, setelah saya buktikan dengan layanan google itu ternyata tidak demikian. tetap homo sapien.

Miris sebenarnya, zaman secanggih ini, menerjemahkan sudah sangat mudah bahkan murah, kog bisa sefatal itu. Jadi teringat ketika bekerja, pernah diminta menuliskan sebuah artikel untuk tabloid komunitas. Nah, karena melihat sepasang siswa-siswi, yang selalu berangkulan ke mana-mana, ke kantin, main, dan juga ketika datang dan pulang sekolah. Mereka saya angkat menjadi sebuah artikel di mana mereka memberikan contoh manusia adalah manusia bagi yang lain. Masih ada  citra baik itu, tidak sepenuhnya homo homini lupus. Manusia adalah serigala bagi yang lain.

Komplain itu bisa dipahami, orang tua yang tidak paham bahasa Latin akan memahami homo sebagai homoseksual, padahal lebih jauh itu mau menggambarkan, bahwa anak-anaknya memberikan contoh konkret kebaikan, kehangatan, dan kebersamaan yang sudah mulai pudar.

Miris kalau yang ada dalam museum ini. Bagaimana  pusat literasi namun membuat sebuah narasi, terjemahan yang fatal kesalahannya.  Homo itu begitu banyak arti dalam peristilahan sepanjang sekolah, mosok bisa separah itu?

Kurangnya pergaulan dalam pendidikan yang lebih luas. Berkutat hanya pada pengetahuannya sendiri. Belajar bahasa lain, terutama berbau agama lain takut imannya rontok. Ini ngaco, istilah medis, hukum, biologi, hampir semuanya menggunakan bahasa tertua di dunia itu.

Tidak habis pikir, ketika istilah yang sangat umum, familiar, dulu itu pelajaran kelas I SMP atau sekarang kelas VII. Aneh, jika sampai salah menerjemahkan, bukan mengartikan atau memberikan definisi.

Bagaimana bisa, ketika musium itu sebagai salah satu rujukan atau sumber ilmu, namun memberikan data sengawur itu. Jauh banget makna  dan artinya. Mosok hal seperti itu tidak paham. Wajar, ketika sedikit-sedikit salah paham,  penistaan, padahal tidak demikian, hanya karena pemahaman mengenai hal dan pihak lain sangat rendah.

Literasi, belajar banyak ilmu di luar bidang yang digeluti sepertinya masih sangat lemah dan rendah. Belum lagi jika bicara agama dan ideologi. Sudah tidak bisa lagi diganggu gugat, padahal sangat penting memahami dan mengerti liyan, itu dengan mengetahui yang lain itu cukup baik. Tidak perlu sangat paham, cukup saja sudah bagus.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan