Gibran Ditangkap Polisi di Arab Saudi

Gibran Ditangkap Polisi di Arab Saudi

Melihat teman berbagi berita di media sosial dengan judul Kader Demokrat Bentangkan Bendera Partai Ditangkap Polisi Arab Saudi, langsung membuka beritanya, dan ada nama pelaku itu Gibran. Pasti nanti berita di media lain, pasti akan menyebut nama ini, dan benar.

Sampai-sampai Gibran Rakabuming Walikota Solo dan anak Presiden Jokowi membuat klarifikasi. Mengapa memakai nama Gibran? Jelas bagi pelaku media itu menjual, padahal pelaku yang ditangkap di Arab Saudi ini anak ketua DPR D Karawang yang berasal dari partai Demokrat.

Beberapa hal menarik yang perlu diulas,

Pertama, Demokrat memang menggunakan segala cara untuk menjadi bahan pembicaraan publik. Salah satunya ya dengan membuat kontroversi. Tidak cukup   yakin jika itu tidak sengaja, dan tidak tahu dampak atau ketentuan di sana seperti apa. Ada kesengajaan.

Lihat saja seperti jabatan tiga periode, atau utang negara yang didengung-dengungkan AHY. Padahal jelas penutang gede termasuk pepo sang ayah.  Ke mana uangnya juga publik paham, toh berani teriak.

Eh ada nama yang identik pula. Siapa yang bermain media sosial dan tidak kenal namanya Gibran, kalau si pelaku yang asli mungkin tidak banyak yang tahu. Di sekitaran Karawang, mungkin saja tenar. Momen yang sangat bagus untuk bisa menaikan pamor partai.

Arab Saudi  mengajarkan bahwa orang beribadah ya beribadah saja, tidak kog kemudian harus pamer, menggunakan ritual itu sebagai sarana politik, merendahkan kegiatan agama. Sama dengan sepak bola yang akan menghukum pemain yang membawa-bawa urusan politik dan afiliasi ideologi dalam lapangan.

Ketegasan dan kedisiplinan itu penting. Penggunaan tempat, acara, dan sarana ibadah untuk aktivitas di luar itu, apalagi politik memang harus tegas ditegakkan aturannya. Mau mengatakan antiagama, atau menista agama dari mananya, ketika itu mengembalikan keberadaan agama pada posisi tinggi malahan.

Miris, politikus minim prestasi, visi cupet, dan enggan bekerja keras pasti akan mendompleng agama, di mana masyarakatnya masih mabok agama, literasi politik dan agamanya rendah, dan juga enggan kerja keras. Mikir saja ogah, apalagi kerja. Memilukan.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply