Hati-hati Keselamatan Susi, ART Sambo
Beberapa saat ini, lini massa media diwarnai dengan pembahasan mengenai Susi, ART mantan Kadiv Propam Polri. Keterangan dan kesaksiannya sering berubah-ubah. Hal yang sederhana harus pakai lama menjawab. Penegak hukum sempat curiga jangan-jangan ada setingan, bahkan alat komunikasi jarak jauh yang mengendalikan apa yang harus ia katakan.
Posisinya ini sangat strategis. Publik berharap bahwa motif di balik pembunuhan itu bisa terbuka dengan gamblang. Hari-hari ini yang beredar adalah pelecehan seksual dari almarhum korban kepada tersangka PC. Hal yang susah diterima akal waras karena kedudukan dan jabatan suaminya setinggi dan sepenting itu.
Publik tentu sangat berharap bahwa saksi Susi ini yang sangat mungkin membuka tabir yang masih tertutup mengenai pembunuhan yang demikian keji, keroyokan, dan membawa begitu banyak korban baik jabatan ataupun perasaan.
Jangan mengira dan menyepelekan saksi yang sangat penting seperti ini. Kecuali memang semua pihak menghendaki keadaan aman-aman saja seperti yang sudah beredar seperti sekarang. Jelas itu berbeda.
Polisi dan juga mantan polisi seperti FS ini pasti punya jaringan yang sangat solid. Masih punya kalau hanya power menghilangkan satu saksi saja pasti gampang. Hal ini yang patut dijaga, jika mau peridilan ini benar-benar mengungkap kebenaran.
Malah lebih aman ketika ia dijadikan tersangka dan hidup di dalam penjara. Keamanan jelas lebih terjamin. Meskipun belum tentu juga.
Kesaksian-kesaksian para tersangka jelas hanya akan berseberangan, kubu anak buah dan kubu si mantan jenderal. Tidak akan ada titik temu. Hanya berebut benar masing-masing.
Susi ini menjadi pembeda, bahkan bisa jadi pembuka tutup yang masing-masing pihak anggap benar itu. Krusial yang bisa sangat berbahaya.
Melihat kesaksian dan pengakuan FS selama ini mau selamat sendiri. Jelas tidak bisa berharap banyak akan mendapatkan apa yang sebenarnya terjadi. Mengorbankan anak buah demi posisi aman telah ia jalani. Berapa puluh masa depan anak-anak telah ia renggut?
Peradilan sih susah yakin, bagaimana pengadilan Antazari, Ahok, semua menguap begitu saja. Setnov dengan papa minta saham, atau kasus Anggodo, juga terlupakan dengan perjalanan waktu
.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan