Jakarta dan Indonesia Korban Egoisme dan Sakit Hati Anies Baswedan
Jakarta kembali ramai dan heboh karena mulai panen banjir. Hal yang sejatinya sudah mulai membaik kala Jokowi-Ahok, dilanjutkan Djarot membangun Jakarta. Sayang seribu sayang datang gerombolan si maut yang merenggut pembangunan masif Jakarta yang mulai modern dan tertata apik itu.
Kesamaaan agama dan santun tutur kata, namun culas dalam bertindak merusak semuanya. Apa yang terjadi itu bukan hanya ibukota yang hancur namun juga bangsa ini. sudah tercabik-cabik dalam dikotomi agamis, masih juga pembangunan yang baik dihancur leburkan karena sakit hati dan egoisme seseorang dan sekelompok orang yang mendukungnya dan memanfaatkannya.
Anies Baswedan bukan orang goblok. Jadi pasti tahu Jakarta itu banjir bukan semata curah hujan. Kiriman dari daerah atas, Bogor itu bukan dengan pembelian alat curah hujan. Lha jakarta panas kalau kawasan atas hujan badai, juga akan kebanjiran.
Tindakan sia-sia kalau mengukur curah hujan. Jauh lebih waras adalah membuat jalur air dari kawasan atas ke laut menjadi normal dan lancar. Pengerukan, pelebaran, dan juga membuat arus air langsung ke laut, bukan ngendon di Jakarta.
Alternatif lain membangun waduk, bendungan, dan situ di kawasan sebelum masuk Jakarta. Apa yang terjadi, situ yang sudah baik, malah dibiarkan mangkrak dan rusak. Ini sengaja, bukan karena otaknya tidak mampu.
Membuat sumur resapan ini, lebih goblok lagi. Resapan itu adanya air yang meresap, karena tanah, bebatuan, pasir, akar-akaran yang mampu menarik air. Lha Jakarta ini rawa-rawa, tanah sudah jenuh, berbeda ketika itu gurun pasir, air selalu hilang.
Anies Baswedan bukan orang tidak tahu logika dasar. Ia paham, namun demi menjaga komunitasnya yang separo otaknya. Mengacak-acak Jakarta atas nama kebijakan yang tidak bisa dipidana. Miris, dewan juga hanya mandah saja dengan acara makan malam. Asal kenyang pada diam.
Kebobrokan di depan mata dibiarkan bahkan dipelihara. Mendukung orang sakit hati dan egois.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan