Munarman FPI
Salah satu yang harus diakui, Munarman memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Masalah pemimpin seperti apa, bukan menjadi bahan tulisan ini. Lihat saja pembelaan demi pembelaan yang ada. Dia memiliki pengikut dan fans FPI yang sangat kuat.
Itu sebuah syarat pemimpin, ada yang mengikuti, bahkan siap mati. Lagi-lagi ini soal lain, jangan dibantah, mengenai hasil dan arah kepemimpinannya. Ini bicara pemimpin yang mampu menghipnotis pengikutnya, bahkan untuk mati.
Posisi Munarman di belakang layar, namun kekuatan FPI itu ada di tangannya. Rizieq itu pelaku lapangan, menarik massa, dan pembakar semangat. Kolaborasi yang sangat solid, dan itu lebih pada peran Munarman.

Kemarin, usai penangkapan Munarman, seorang rekan, yang berprofesi guru mengatakan, tolong dituliskan mengenai heroisme Munarman di mata para kaum muda. Ini bukan barang sepele. Memang sudah ada beberapa hal yang menjadi data awal.
FPI, Munarman itu menjawab apa yang menjadi kegelisahan beberapa pihak. Ini seolah orang haus diberi minuman segar. Tidak bicara soal minuman itu sehat atau tidak. Beda kasus.
Bahasa dan bahasan mereka yang dimaui massa. Ini model ekonomi banget, sediakan apa yang pasar mau. Mereka menjual apa yang memang publik inginkan. Kemasan bagus, isi kosong tidak menjadi soal.
Kegelisahan sebagian pihak itu yang terus saja digosok-gosok oleh politikus dan elit yang terdampak atas pemerintahan saat ini. Mereka ini hanya bicara doit, bukan agama. Nah kebetulan, masih banyaknya massa yang mabuk agama, jadi makin gampang.
Apa yang harus dilakukan adalah, ciptakan masyarakat yang kritis atas kebenaran. Ini bisa dicapai ya dengan belajar dan gemar membaca. Orang gelisah jika ada yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Perilaku munafik, beda antara pernyataan dan aksi, kog mereka mandah saja, berarti ada yang tidak benar.
Pun, sikap heroisme ala Rizieq dan Munarman. Ini kan settingan demi mengelola pemuja untuk tetap setia. Kebetulan banyak aksi politik yang bisa memakai mereka, klop. Ini masalah bagi kaum muda yang tidak bisa melihat lebih dalam dan luas.
Apa yang tampak belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Lagi-lagi ini adalah sikap kritis yang harus dibangun. Tidak semudah belajar berjalan dan membaca karena ini soal konsep dan ideologis yang saling berkelindan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan