Kala Agama Kehilangan Makna
Beberapa hal layak dicermati,
Pasar. Ini soal bisnis, ekonomi, dan lahan cari uang. Logikanya, berapa lama mereka ini belajar, kog sudah mengajar. Sama juga anak SD menjadi guru. Dalam konteks pengetahuan dan pengalaman.
Orang masih suka menjadi nomor satu, namun tanpa mau tahu “kompetitor” itu sudah begitu jauh maju atau mundur. Katak dalam tempurung. Nah keadaan ini yang kemudian dimanfaatkan petualang agamis.
Klop ketika pasarnya memang masih banyak yang suka demikian. Ini soal pasar, viral, dan kemudian uang. Bisa dicerna dengan baik sejatinya, bagaimana mungkin, ketika orang baru belajar diberi panggung untuk mengajar.
Mualaf itu belajar, bukan malah mengajar, itu berlaku bagi siapa saja dan keyakinan apa saja tentunya. Miris, ketika agama dipakai seenaknya sendiri. Mencari uang dengan keterbatasan ya paling mudah menggunakan tak tik memuji dan memaki.
Mendesak untuk lembaga agama agar makin ketat menjaga masing-masing lembaga. Agama itu kan mengatur umatnya, bukan umat lain. Suka melonggok kamar tetangga, bukannya ini selingkuh?
Menjaga agar masing-masing rumah itu aman, nyaman, dan penuh kedamaian. Kalau mencari perbedaan, pasti akan sangat mudah. Bangunlah persamaan.
Apalagi ini, menafsirkan teks dan konteks yang sudah ratusan bahkan ribuan tahun. Perlu banyak belajar dan terutama rendah hati. Membutuhkan pertolongan Roh Ilahi, bukan seenaknya sendiri.
Hal yang harusnya sudah menjadi pemikiran bersama, para pemuka agama. Jangan hanya senang ada pengikut baru, namun tidak bermutu. Iman, agama, dan spiritualitas itu perlu kesaksian hidup. tentu hidup yang baik dan selaras dengan kebaikan universal.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Suka pada bagian belajar.. terutama rendah hati. Hari-hari ini sangat sulit menerapkan. Ego menjadi sebuah hal yang diusung tinggi. Maturnuwun artikel ini.
Salam
Terima kasih Mbak…
Esensi beragama dan beriman masih terlalu jauh dr harapan
Salam hangat dan salam sehat
Duh, fakta banget itu Mas Susy. Saya setuju, para pemuka agama jangan hanya senang ada pengikut baru, namun tidak bermutu. Iman, agama, dan spiritualitas itu perlu kesaksian hidup. Ulasan yang bagus dan faktanya nyata.
Terima kasih Ibu
Itulah kalau pemukanya saja masih gagap
Apalagi umatnya
Salam hangat dan salam sehat Ibu