Kalimantan Tempat Jin Buang Anak dan Kegagalan Politik PKS

PKS yang paling getol menolak keberadaan Edy Mulyadi adalah kader mereka. Tifatul Sembiring yang sempat membela pun menarik ucapannya. Hal yang cukup aneh, ketika mereka juga menolak Nusantara, namun ada kadernya yang juga bersikap sama, ramai-ramai ditinggalkan. Ada apa ini?

Menarik untuk dilihat. Ada beberapa hal yang layak dicermati, adalah;

Sebenarnya Edy Mulyadi ini tidak berdiri sendiri sebagai sebuah konpres terpisah dari apa yang fraksi PKS lakukan melalui dewan. Pelengkap dengan    tujuan provokasi massa, siapa tahu bisa menjadi bola salju liar untuk menolak   perpindahan ibu kota negara.

Karena Edy Mulyadi terlalu semangat dan malah menjadi kasus dengan warga dan masyarakat Kalimantan, akhirnya ya dikorbankan dan seolah-olah PKS tidak berkaitan dengan kisah Edy Mulyadi. Dia akan bertanggung jawab sendirian.

Kesalahan Edy Mulyadi adalah menyebut Kalimantan sebagai kawasan jin membuang anak. Lihat pembelaan  Tifatul yang kemudian dicabut. Ini karena lepas konteks dan skenario. Maksudnya menetralisir tetapi tidak cukup mampu. Gampang tinggalkan.

Kini yang hadir membela hanya kelompok-kelompok dadakan yang tidak cukup punya nama dan jaringan. Jauh lebih terlihat hanya karena ada penyandang dana, namun termasuk cupet bukan bohir tanpa seri.

Menarik pada kasus agama, masalah Jenderal Dudung, atau malah berlindung pada UU Pers, itu semua sangat lemah. bola saljunya tidak menggelinding namun malah balik arah menghantam pelakunya. Edy Mulyadi dan PKS kini menjadi bulan-bulanan.

Memainkan playing  victim sebagai sebuah kebiasaan, dengan mengaku telpon 1000 per hati, mencari kambing hitam dengan menyeret KSAD, kemudian pegiat media sosial lainnya, ini semua memperlemah kondisi Edy Mulyadi yang sendirian.

Pengacaranya lebih baik belajar dari Ratna Sarumpaet, Buni Yani, atau pelaku yang ditumbalkan ala PKS dan kawan-kawan. Mereka tentu paham sakitnya sendirian. Coba saja, tidak panas kasus Kalimantan sebagai etnis, mereka sudah berpesta pora atas keadaan yang tidak kondusif.

Edy Mulyadi tidak datang atas panggilan polisi jelas mengindikasikan ketakutan. Berbeda dengan Ahok yang mereka penjarakan. Ksatria itu ternyata bukan sekadar slogan apalagi ramai-ramai. Beraninya keroyokan, kog bicara paling agamis. Miris iya.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply