Anies Baswedan: Pemimpin itu Bukan Semata Kerja Kerja Kerja

Menarik manuver Anies Baswedan demi tetap eksis dalam pembicaran media sosial. Kali ini ia mengatakan, bahwa kerja kerja kerja saja tidak cukup, namun perlu gagasan. Hal yang publik paham betul itu adalah semboyan Jokowi yang ia kritik.

Pun massa juga mengerti dengan baik, bahwa Anies   hanya pinter omong, alias ngaco. Kerja nol, banyak omong, seperti banjir airnya ditahan di rumah dulu, taman terendam sebagai air sedang parkir, atau sumur resapan yang tidak menjawab apapun.

Kerja merupakan wujud dari gagasan. Lihat saja bagaimana kinerja Jokowi selama ini diakui dunia internasional, selain kadrun dan kelompoknya. Malah mulai pengelolaan ruang kendali udara (FIR) kembali ke negara Indonesia, usai dari tahun 46 dalam penguasaan Singapura. Tujuh presiden lho, dan bisa diambilalih oleh Jokowi.  Yang melakukan dan menggagas tentu bukan Anies Baswedan.

Singapura juga  surga bagi para maling anggaran dan pelaku kejahatan keuangan di negeri ini. mereka ngacir dan aman di Singapura karena perjanjian ekstradisi tidak ada di antara kedua negara. Lagi-lagi era Jokowilah itu terjadi.

Penghentian eksport bahan tambang mentah juga ide Jokowi bukan Anies Baswedan. Nikel, bauksit, sempat batu bara juga yang membuat dunia geger. Apakah Anies Baswedan mudeng hal begituan? Wong gagasannya adalah kelebiahn bayar, salah input, formula e yang tidak kelar-kelar. Gagasan tidak berguna saja bangga, apalagi mengerjakan pasti lebih tidak akan mampu lagi.

Apa yang disampaikan dan dinyatakan Anies Baswedan jelas tidak ada gunanya secara faktual, namun politis itu penting. Dua hal yang hendak dicapai.

Penggunaan politik cemar asal tenar masih saja digunakan. Tim politiknya memang tidak cerdas dan kretif. Jelas tidak ada gunanya. Lihat saja di survey-survey nama Anies Baswedan mentog dan tidak bergerak.

Kedua, menyerang orang gede. Jokowi itu magnet, tetapi  ini adalah blunder. Begitu besar      orang yang memilih dan mendukung Jokowi. Itu potensi yang malah disia-siakan. Mempertahankan yang tidak memilih Jokowi itu sangat sedikit dan sebenarnya rugi.

Perilaku dan pilihan Anies Baswedan dan timnya memperlihatkan mutu mereka memang rendah hanya mengandalkan agama dan politik identitas yang tidak berdaya guna. Kemenangan pilkada DKI itu hanya kebetulan.  Faktor lain mendukung mendapatkan durian runtuh.

Pilpres Prabowo-Sandi membuktikan bahwa cara itu tidak laku. Nah, mengapa terus diulang? Ada faktor ideologis yang diperjuangkan. Itu lagi-lagi malah membuka kedok sendiri.

Pernyataan saja asal-asalan, apalagi gagasan dan kinerja. Wajar Jakarta mundur.

 

 

Leave a Reply