Koalisi Gemuk dan Kartu Mati Prabowo
Koalisi Gemuk dan Kartu Mati Prabowo
PAN, Golkar, dan Gerindra Bersama PKB sudah mendeklarasikan kebersamaan. Memang belum final wong belum pendaftaran. Mengenai PAN dan Golkar sih sebenarnya lagu lama. Mereka dulu juga demikian. Sedikit berbeda Golkar 2019 ikut dalam gerbong Jokowi. PAN dua kali terus-terusan Bersama Prabowo dan lompat pagar Ketika Jokowi sudah menang.
Beberapa hal ini layak dicermati;
Pertama, dua gelaran dulu, orang masih belum tahu secara utuh, nyata, dan gambling mutu Prabowo. Hanya berdasar rekaman Ketika menjadi TNI, itu pun karena jasa dan keberadaan mertua. Aslinya masih samar-samar. Jargon dan suara yang dimirip-miripkan Bung Karno saja yang bisa dinilai.
Kedua. Kini, mutunya makin jelas. Apa yang ia lakukan selaku menhan sama sekali tidak memberikan bukti bahwa ia bisa menjadi presiden. Menteri saja gak bisa ngapa-ngapain, beli pesawat bekas dengan berbagai dalih, impor seragam dan sepatu yang di dalam negeri saja melimpah.
Ketiga, pembuktian kinerjanya sangat lemah. Ketahanan pangan yang menjadi tanggung jawabnya ternyata gagal total. Belum lagi kisah-kisah di Kemenhan yang begitu banyak pembicaraan dan pemberitaan mengenai anggaran gede dan zonk. Sudah terdengar lama dan bantahan dari Kemenhan dan Gerindra sama sekali tidak ada.
Keempat, selama ini, terutama menjelang pilpres, hanya bisa mengekor Jokowi. Siapapun yang berkaitan dengan Jokowi diajak, ada Gibran, ada Iriana, untuk Jan Ethes masih kecil, jadi tidak diikut-ikutkan. Pemimpin model infantile begitu yang mau dijadikan presiden besar negeri ini?
Kelima, selalu mengaitkan, memuja, dan memuji Jokowi, namun diam seribu bahasa ketika Jokowi dihina, dicaci-maki bahkan. Atau demo, dia selaku Menhan juga diam saja, padahal itu saatnya ia mempertujukkan mutu dirinya, sebagai pemimpin, bukan hanya diam saja.
Keenam, koalisi ini besar, gemuk, namun tidak menjanjikan. Faksi-faksi di dalamnya juga gede kog. Malah justru aman. Suara-suara daerah sudah mulai terdengar, tidak bulat sebagaimana juga dulu 2014 dan 2019 terjadi.
Ketujuh, permainan Prabowo makin terbaca, Ketika mengajar PDI-P dan Ganjar, perilaku ini masif ketika pemilu masih terlalu lama. Bosan dan orang sudah paham siapa di balik narasi itu. Basi, dan tidak cukup berpengaruh. Model hoax ala periode lalu juga terulang.
Peta itu makin jelas bahkan. Ke mana arah dan dukungan dan pilihan rakyat, belum tentu lurus dengan elit partai pusat.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan