Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Tidak Satu Kata
Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Tidak Satu Kata
Makin hari, Koalisi Perubahan untuk Persatuan malah pusing sendiri. Padahal koalisi ini minimalis banget, hanya tiga partai kecil yang sangat rentan bubar. Satu saja menarik dan pindah haluan, sudah tidak ada wujud dari deklarasi sejak tahun lalu.
Demokrat yang demikian ngebet untuk segera deklarasi, dan juga pastinya dengan nama AHY untuk menjadi partner sebagai bakal calon wakil presiden, sudah memberikan peringatan keras. Juni tidak deklarasi, bisa mengadakan evaluasi.
Kini, Nasdem selaku leader malah leda-lede. Mengatakan, lebih baik jika dari luar koalisi demi soliditas kebersamaan. Padahal jika demikian, ada tiga partai dan calon-calonnya sama sekali bukan dari partai itu.
Bener sih jika bicara soliditas dan keadilan, namun apa iya, jika bukan rekan separtai akan allout, sepenuh hati dalam memperjuangkan kemenangan? Ingat bagaimana Demokrat dengan SBY waktu mendukung Prabowo-Hatta ataupun Prabowo-Uno dulu? Mereka terkesan ogah-ogahan.
Menarik sih, mereka ini sudah masuk perangkap sendiri, namun seolah-olah mereka ini memiliki pilihan yang sangat besar dan leluasa. Capres jelas sudah dideklarasikan, toh makin menurun elektablitasny. Kini bakal cawapres yang juga terbatas namun seolah mereka ini punya beragam pilihan. Banyak mau padahal tidak cukup mampu.
Ada tiga nama yang santer disebut-sebut, AHY, Aher, dan Khofifah. Namun dari ketiganya itu tidak cukup menjanjikan secara nasional, juga jaminan suara, karena prestasinya juga sangat biasa. Padahal mantan Gubernur DKI sebagai bacapres perlu banyak dukungan untuk bisa meraup suara sehingga menang.
Jika PKS legawa atau manut dengan kompensasi, Aher jelas sudah tereliminasi. Khofifah juga belum pernah bersuara untuk setuju. Sangat mungkin kog tidak berkenan juga. Berarti tinggal satu, yaitu AHY. Bisa ke mana-mana ini, Ketika Nasdem belum sepenuhnya oke, eh PDI-P membuka kesempatan.
Pelik dan ribet karena dibuat sendiri. Ketiganya belum juga yakin dengan calon mereka sendiri. Jauh lebih meyakinkan mereka ini juga masih menanti koalisi PDI-Perjuangan dengan Ganjar Pranowo yang mau menggandeng siapa.
Apa yang terjadi, tampak bahwa hanya demi kekuasaan, kelompoknya sendiri, dan dampak bagi partai, bukan bicara bangsa dan negara. Yakin orang model demikian diberi amanat untuk mengelola negara?
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan