Kontroversi dan Polemik Ucapan Selamat Natal

Polemik yang memang ada penciptanya. Semua demi politik, bukan mengenai agama. Kini agak mereda, karena penggaung paham ini sudah terberangus. Di jalan-jalan kembali marak spanduk ucapan itu. Meskipun belum sesemarak dua periode lampau di mana HTI berkuasa.

Ucappan itu tidak berpengaruh pada mutu iman seseorang. Ungkapan kebersamaan semata, yang lepas sama sekali dari baik dan burukny iman dan beragama seseorang.

Kini, ketika mulai muncul lagi kesadaran, bahwa itu adalah ungkapan tulus persaudaraan, maka ada yang mencari-cari dalih. Mengatakan, mereka, yang Nonmuslim juga tidak pernah mengucapkan selamat Maulid Nabi. Ini sangat tidak tepat. Hari besar Muslim ya Idul Fitri. Tidak mengucapkan ya sudah tidak perlu dalih macam-macam.

natal

Politisasi

Ucapan ini sejatinya politis. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama. Lihat saja Nyepi, Waisak, atau Imlek juga sepi-sepi saja. Tidak ada polemik dan keributan yang sama sekali tidak penting.

Politisasi karena kepentingan sekelompok orang yang tidak suka stabil dan kesatuan. Bangsa ini kaya raya, maka banyak yang kepincut untuk menguasai. Lihat Belanda dari negara miskin menjadi kaya raya karena ngusungi kekayaan alam bangsa ini.

Nah, perilaku Belanda ini dilanjutkan penguasa-penguasa negeri ini yang tamak dan rakus. Mereka tentu tidak suka jika negara stabil. Salah satu yang paling murah meriah ya mempertentangkan agama.

Beberapa paham agama pun setali tiga uang. Melihat cara Belanda dan penguasa yang sukses mereka memainkan cara yang sama. Devide et impera menjadi sarana untuk mencapai tujuan mereka.’menyulut permusuhan, mengafirkan yang berbeda dengan mereka, memprovokasi bahwa cara beragama mereka yang paling baik.

Pola-pola pendekatan untuk menciptakan stabilitas keamanan ini kadang tidak disadari orang yang tidak dewasa dalam beragama. Taraf kanak-kanak ini akan merasa diri paling, sehingga merendahkan pihak lain.

Padahal sangat mungkin dan terbuka peluang, bahwa paling itu tanpa perlu merendahkan yang lain. Inilah hidup bersama. Jika mau menang-menangan, namanya adalah bocah, bukan orang dewasa.

Sama sekali tidak mempengaruhi keberimanan seseorang mau diberi ucapan atau tidak. Tidak perlu do ut des, memberi agar diberi, namun sebagai satu saudara, itu bagaimana kepantasan itu dikedepankan.

Toleransi itu pemberian diri hanya bisa terjadi pada pribadi dewasa. Anak-anak fokus pada dirinya sendiri.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

2 thoughts on “Kontroversi dan Polemik Ucapan Selamat Natal

Leave a Reply