Bahar Smith Mau Menggantikan Rizieq, Masih Perlu Belajar Lagi
Bahar Smith mengatakan Dudung tanpa Arab masih akan menyemah pohon. Ada sikap permusuhan soal ras. Dilanjutan menghina Megawati dan Jokowi yang dikatakan dengan sangat kasar, meminta dia untuk ditangkap.
Mengapa demikian jauh berbeda?
Bahar sadar diri bahwa ia hanya emosional, di mana bicara demi mendapatkan panggung. Kesempatan yang baik di mana Rizieq dan simpatisannya perlu “tokoh” yang bisa saja ia dapatkan. Lumayan, bohir juga bisa jadi meliriknya. Pilihan cerdas.
Ada hal yang ia lupakan, saat berorasi dan mencaci maki ke sana ke mari. Ia masih belum tahu kapasitas dia. Merasa diri gede, setara dengan Rizieq, dan sudah akan banyak pembelaan jika terjadi kasus hukum.
Ternyata tidak ada. Dalam dunia plitik, ini seumpama AHY. Masih sekelas lokalan, namun merasa sudah segede Rizieq. Siapa saja di balik Rizeq itu mudah diterka. Mereka yang sowan pas di Arab atau Petamburan pas pulang mereka inilah para pengguna jasanya.
Nah. Bahar ini sama sekali belum terbukti secara publik ada yang membela. Berkali-kali ia sudah masuk bui. Sama sekali tidak ada narasi pembelaan, mau vulgar atau tersamar. Pembelanya ya masih sekitaran tempat tinggalnya.
Apa yang ditampilkan, kasus hukum yang menjeratnya, dan juga apa yang ia teriakan itu makin menunjukkan keberadaan kanak-kanaknya yang masih kuat. Ababil, abg labil. Ngamuk, memukul, menendang, gila hormat. Risiko besar menggunakan jasa anak labil.
Hanya upaya tampil garang untuk mempertahankan simpatisan Rizieq Shihab dan ara pemujanya saja. Kondisi yang sudah berubah didekati dengan cara yang sama. Sama juga ababil yang menyenggol suhu perguruan sudah matang.
Bonyok tanpa bisa berbuat apa-apa. Baguslah satu demi malah menjadikannya sebagai musuh massa. Publik jad itahu seperti apa wajah-wajah beringas berkedok agama. Tinggal menunggu waktu dan semuanya kelar.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan