Memanusiakan Binatang, Bukan Menghewankan Manusia
Memanusiakan Binatang, Bukan Menghewankan Manusia
Beberapa waktu lalu heboh ketika ada hewan “dinikahkan” oleh Pastor Gereja Katolik. Si anjing beruntung ini dipestakan dengan anggaran ratusan juta. Polemik pun berseliweran. Jelas lebih banyak yang kontra. Eh kebetulan si pemilik acara itu berkaitan dengan istana. Tahu sendiri kek apa narasi yang terbentuk.
Membaca lini massa kawan, ada kebiasaan, bahkan di luar negeri itu hewan masuk dalam anggota keluarga. Ada hukum atau UU yang mengatur itu. Lah di Gereja Katolik juga ada hari khusus untuk memberikan berkat pada hewan peliharaan, tentu yang paling umum si guk guk ini. Lumrah saja sebenarnya.
Mau menyoal soal beaya atau tradisi yang dipakai, ya silakan, asal tidak kemudian masuk pidana dengan ranah penistaan, membuat keresahan, dan pasal-pasal karet multitafsir yang begitu kenceng.
Sebenarnya di kalangan penggila apapun, mau ikan, bola, doggy, meong, atau apapun, tindakan irrasional dan tidak logis banyak terjadi. Ikan mati dirawat bak jenazah manusia. Kan berlebihan, tidak digoreng, dikubur dengan handuk saja sudah sangat baik dan layak. Wong bisa juga nanti digali kucing atau anjing, ambyar semua.
Malah cenderungnya adalah menjadikan manusia lain sebagai binatang. Lihat saja, bagaimana selama ini ketika berbeda pendapat, akan keluar pernyataan, anjing, asu, babi, celeng, dan kata-kata umpatan binatang yang paling buruk.
Tengok juga ketika di jalanan. Bagaimana orang tidak peduli ada orang lain, menyeberang, berjalan di tepi yang bisa terperosok ke parit pun pihak lain tidak peduli. Mana memanusiakan orang jika perilakunya demikian. Malah akan dengan sabar jika ada kucing atau ayam menyeberang atau berjalan di jalanan.
Ketika mempekerjakan manusia namun dengan kejam, apa bedanya manusia dan hewan. Memforsir tenaga semaksimal mungkin, namun upah serendah mungkin, di mana memanusiakan manusia?
Penghormatan pada hewan, lingkungan, sebagai sama-sama ciptaan harus menjadi rujukan bersama. Manusia diciptakan mulai bukan untuk merendahkan, namun meninggikan semua di dunia ini pada posisi yang agung.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan