Prabowo Kehilangan Jati Diri

Prabowo Kehilangan Jati Diri

Melihat baliho besar-besar di tepi jalan caleg Gerindra menampilkan foto dirinya dengan latar Prabowo dan Jokowi berjabat tangan. Mau mengatakan, bahwa Jokowi menyerahkan estafet kepemimpinan ke tangan ketua umum dan pendiri Gerindra ini. Hal yang menarik jika diulik lebih jauh.

Prabowo itu dua kali putaran pilpres kalah atas Jokowi dengan posisi politik yang berbeda. Usai kalah berpasangan dengan Hatta Rajasa, partainya menjadi oposan. Pada 2019 ketika Bersama Sandiaga Uno Prabowo kalah lagi, dan kali ini memilih bergabung dalam pemerintahan.

Harapannya menjadi presiden Kembali muncul mungkin Ketika Presiden Jokowi mengatakan di depan publk, kali ini jatahnya Pak Prabowo. Padaha jika mau jeli, menjelang pilpres 2019, Pak Jokowi membawa Cak Imin, Romi, atau olah raga bareng Airlangga Hartarto seolah akan memilih salah satunya untuk bersamanya dalam pilpres. Toh tidak demikian bukan?

Kemudian Pak Jokowi memberikan kode lain, penerusnya, pengganti presiden itu berambut putih, dan itu merujuk Ganjar Pranowo, beda dengan sebelumnya. Lah Namanya juga politik, sangat multi tafsir, jadi tidak perlu mudah baper.

Menjelelang lebaran PDI-Perjuangan mengusung Ganjar Pranowo, Prabowo usai bersalam-salaman dengan keluarga Presiden Jokowi di Solo mengatakan, jika Mas Gibran Namanya makin naik di survey dari hari ke hari. Signal, bahwa Gibran layak diajak menjadi bacapresnya.

Media langsung saja menjadikan itu sebagai sebuah pembicaraan yang massif. Sampai DPP PDI-Perjuangan pun bereaksi dengan memanggil kadernya tersebut.

Kini, yang terbaru, malah lebih gila lagi dengan narasi mau menggandeng Iriana Jokowi. Pasangan bakal calon wakil presiden adalah istri presiden sebelumnya. Mirip periode lampau Ketika kader Demokrat mau mengusung almarhum Ani Yudoyono.

Apa yang terjadi adalah;

Prabowo tidak cukup pede usai dua kali kalah dari Jokowi. Narasi berkaitan dengan keluarga mantan walikota Solo, dan menggunakan foto Jokowi, cenderung memperlihatkan ciri minder, takut kalah, dan kehabisan energi.

Keberadaan kader-kader partai politik tidak semenjual Jokowi dan keluarga. Memilukan sebenarnya jika demikian. Bagaimana Gerindra membangun partai, juga partai-partai lain dalam menyiapkan kader-kader terbaiknya selama ini?

Koalisi yang terbangun menjadi berantakan Ketika hantam krama dan ngasal tenar seperti ini. Lihat bagaimana Cak Imin, eh Gus Muhaimin yang sudah begitu lama pede bersama namun    tidak diperhatikan sama sekali.

Lebih cenderung memperlihatkan keberadaan Prabowo yang kehabisan energi, tua, namun karena desakan kadernya masih bersikukuh untuk tetap maju dengan segala kekurangannya. Diperparah pembelian pesawat bekas yang menjadi bahan tertawaan.

Jika mau jadi negarawan, akhir yang manis, bukan tragis, jauh lebih bijak, jika Prabowo Kembali Bersama PDI-Perjuangan bersanding dengan Ganjar Pranowo, menjadi wapres jauh lebih bagus, dari pada kalah lagi dan hanya capres.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan