Ndasmu dan Efisiensi Prabowo
Ndasmu dan Efisiensi Prabowo
Di tengah demo mahasiswa, eh ada seliweran penggalan pidato dari Presiden Prabowo yang mengatakan ndhasmu, dan ditanggapi dengan tertawa terbahak oleh para undangan. Mereka yang ngakak ini tidak kalah elit dan kelasnya dengan yang mengatakan.
Konon kabinet gemuk itu tidak masalah, yang penting adalah hasilnya. Presiden Prabowo kan Kopasus pastinya paham, setiap prajuritnya memiliki kemampuan setara dengan sepuluh prajurit biasa. Hal itu dibentuk untuk efektif dan efisien. Buat apa sepuluh orang jika bisa dilakukan satu orang saja?
Belum lagi jika bicara profesionalisme. Terlihat hanya bagi-bagi ucapan terima kasih kepada para pendukung semasa pilpres. Jauh dari keberadaan profesionalisme dan kemampuan yang benar-benar mumpuni. Beneran model demikian itu mampu efisien?
Sikap arogan dan kementhus Prabowo ini sejatinya bukan hal baru. Sejak pencalonan pilpres 2014 hal itu sangat dominan. Ingat perkataan kamret dulu, Indonesia bubar jika dipimpin Jokowi, dan kini terbaru ndhasmu.
Militer bukan dunia yang bisa dikritik, diberi komentar tanpa tedeng aling-aling. Sistem komando, tegak lurus tanpa bantahan itu jiwa mereka. Nah, Prabowo ini kan militer banget. Kaget ketika menjadi pejabat publik di alam demokrasi ugal-ugalan ini. Dia harus mampu mendengarkan apapun yang paling pahit sekalipun. Bayangkan jika dia itu diperlakukan seperti Jokowi waktu itu?
“Menang” pilpres dengan luar biasa. Tentu selain cawe-cawe Jokowi, toh masyarakat banyak yang masih ragu benar tidak dengan angka itu? Membuat dirinya di atas angin dan sangat superior sehingga kritikan itu membuatnya mendidih.
Hasil survey 100 harinya yang sangat tinggi, jelas membuat dirinya makin besar. Sangat mungkin membuatnya benar-benar keren, berhasil, dan pada jalur yang benar. Ia lupa bahwa masyarakat, dalam hal ini akademisi, pengamat, dan warga lain itu melihat dengan kaca mata yang berbeda. Lain dong dengan dendam.
Selama ini kelihatannya tidak ada yang memberikan masukan dan melakukan kritik itu yang dendam. Entah kalau itu adalah ungkapannya sendiri sebagaimana 2014-2019. Apa yang mereka lakukan waton sulaya.
Dukungan parlemen yang sama gemuknya juga mungkin membantunya makin percaya diri. Lagi dan lagi masa lain dengan parlemen. Apa yang dirasakan rakyat berbeda dengan wakilnya yang duduk di Gedung DPR. Jangan kaget dan marah-marah jika mendengar apa yang berbeda dengan biasa diterima atas laporan semata.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan