Permainan Prabowo
Permainan Prabowo
Pilpres makin dekat. Salah satu calon abadi masih bersikukuh bahwa dia pantas menjadi RI-1. Tidak peduli kalah berkali-kali, yang penting masih ada nyali. Prabowo terlihat masih semangat untuk maju lagi. Bisa jadi ini adalah keinginan orang-orang di sekililingnya yang mau ikut enaknya istana dan jabatan yang bisa didapat jika mantan danjend Kopasus itu bisa naik istana.
Beberapa gimmick dilakukan untuk mengelabui pemilih. Seolah-olah ada deal-deal dan dukungan dengan beberapa pihak yang menguntungkan dirinya. Bisa disebut beberapa peristiwa dan kejadian sebagai berikut;
Kedua. Pertemuan Idulfitri dan mengaitkan Gibran bernilai tinggi dalam survey-survey. Hal yang sangat politis. Permainan persepsi publik, bahwa di dalam makan itu ada pembicaraan, bahwa Prabowo akan bersama anak sulung Jokowi, sudah ada “restu” di dalam tadi. Lagi-lagi ini adalah permainan yang sudah direncanakan dengan masak.
Ketiga. Gibran dan relawan makan malam. Ada seolah-olah Walikota Solo itu mendukung dan menggerakkan relawannya untuk memilih Prabowo. Hal yang kemudian dibantah oleh ayah Jan Ethes ini.
Keempat. Ada narasi yang didengungkan, kaum muda, generasi kekinian merasa kasihan jika Prabowo kalah lagi. Hal yang mengingatkan bagaimana bahwa generasi ini tidak paham kejadian masa lalu Prabowo.
Tidak lama ada postingan, bahwa generasi yang sama mengenakan kaos dengan tulisan “ Saya Tidak akan Memilih Penculik.” Sebuah jawaban yang sama-sama diakomodasi dalam alam demokrasi. Tidak ada yang salah.
Kelima. Kunjungan Budiman Sujatmiko. Bagaimana ini dibuat seolah-olah loyalis partai banteng mocong putih itu mendukung Prabowo sebagai calon presiden di 2024. Diikuti dengan genderang bahwa partai Megawati panas dan dukungan untuk melupakan masa lalu.
Muncul jawaban sebaliknya, di mana Budiman mau berbicara empat mata, ternyata di sana banyak pihak lain yang hadir. Bisa dibayangkan, berbeda persepsi dari pihak Budiman dan Prabowo yang memang punya kepentingan.
Keenam. Diundang ke istana Bogor, kata Menhan itu makan siang, dengan asumsi bahwa itu adalah dukungan Jokowi kepadanya. Ada klarifikasi di acara lain, jangan ugal-ugalan membelanjakan anggara untuk TNI-Polri. Jelas dan gamblang.
Prabowo tidak punya prestasi. Menhan yang biasa banget, bahwa ia gagal menjadi penjamin dibukanya lahan untuk ketahanan pangan, pembelian alutsista yang tidak bener, dan capaian lain yang remeh-temeh, tentu ia perlu menggeber namanya dengan kenceng. Bisanya ya sensasi. Apalagi, wong prestasi tidak bisa.
Layak kek itu menjadi pemimpin negeri yang sedang moncer ini?
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan