Untung Jokowi
Perbedaan sikap dan prinsip yang sering ditingkahi kepentingan politik, termasuk menggunakan terminologi agama, membuat penanganan pandemi jauh lebih sulit. Oposan yang terus saja menggunakan segala daya upaya untuk membuat penanganan gagal. Main kayu pun dilakukan, aneka demo tidak bermanfaat pun tergelar selama pandemi.
Jokowi itu koppig, kata salah satu “penguasa” negeri ini selama bertahun-tahun. Ia menyematkan kata itu karena tidak mampu menaklukan keberadaan Jokowi untuk dapat ia kuasai. Lahirlah demo, mural, dan juga aneka hujatan sepanjang masa jabatannya.
Koppig-nya Jokowi menjadi penting, ketika ia ngotot untuk tetap membangun infrastruktur, meskipun oposan mengatakan rakyat tidak makan semen dan jalan tol. Ia juga melaju dengan proyek kereta cepat, berbagai gagasan yang katanya dibangun dengan uang hutang.
Menghadapi pandemi pun sikap yang sama hadir. Pilihan sulit yang kini mendapatkan cukup besar harapan. Ekonomi tetap berjalan, pandemi terukur serta terkendali. Eh ternyata kepercayaan untuk memperoleh vaksin juga sangat bagus. Semua sesuai dengan rencana. Keputusan berat dan sulit pastinya.
Di dunia ini tidak ada satu pun negara yang siap dan mampu untuk menghadapi virus ini dengan pasti. Nyatanya Amerika dan China saja tetap kalang kabut. Padahal kurang apa lagi mereka. Jadi pilihan sulit itu tepat.
Kini harapan untuk menuju keadaan yang lebih baik semakin jelas. Perlu kewaspadaan bersama. Untung Jokowi koppig dan tidak baperan. Pilihan ala AHY dan Demokrat baru dalam ide saja telah gagal, bagusnya bukan sebagai pemimpin dalam keadaan genting.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan