Untung Jokowi

Philipina konon menyesal memilih antisipasi pandemi covid 19 dengan lockdown. Kini mereka ingin meniru apa yang Indonesia lakukan. Wajar sih  peringkat bangsa ini jajaran atas. Padahal, negara ini sangat kompleks kesulitannya. Negara kepulauan, masyarakat yang masih susah diatur, sok tahu, apalagi masih ditingkahi mabuk agama dan politik.

Perbedaan sikap dan prinsip yang sering ditingkahi kepentingan politik, termasuk menggunakan terminologi agama, membuat penanganan pandemi jauh lebih sulit. Oposan yang terus saja menggunakan segala daya upaya untuk membuat penanganan gagal. Main kayu pun dilakukan, aneka demo tidak bermanfaat pun tergelar selama pandemi.

Jokowi itu koppig, kata salah satu “penguasa” negeri ini selama bertahun-tahun. Ia menyematkan kata itu karena tidak mampu menaklukan keberadaan Jokowi untuk dapat ia kuasai. Lahirlah demo, mural, dan juga aneka hujatan sepanjang masa jabatannya.

Koppig-nya Jokowi menjadi penting, ketika ia ngotot untuk tetap membangun infrastruktur, meskipun oposan mengatakan rakyat tidak makan semen dan jalan tol. Ia juga melaju dengan proyek kereta cepat, berbagai gagasan yang katanya dibangun dengan uang hutang.

Menagih uang negara yang katanya dipinjam, namun sudah puluhan tahun tidak kembali. Kasus BLBI yang turut menyasar orang-orang  kuat, ada anak-anak mami Cendana. Siapa yang tidak jerih coba, hanya orang keras kepala yang mampu.

Jokowi

Menghadapi pandemi pun sikap yang sama hadir. Pilihan sulit yang kini mendapatkan cukup besar harapan. Ekonomi tetap berjalan, pandemi terukur serta terkendali. Eh ternyata kepercayaan untuk memperoleh vaksin juga sangat bagus. Semua sesuai dengan rencana. Keputusan berat dan sulit pastinya.

Kita layak membayangkan, jika pemerintahnya dipimpin orang penakut dan peragu, bukan tidak mungkin negara ini sudah di tubir jurang. Pilihan lockdown itu dengan risiko negara harus memenuhi segala kebutuhan hidup wargannya selama  minimal 14 hari. Bisa dibayangkan seberapa besarnya uang yang harus keluar.

Di dunia ini tidak ada satu pun negara yang siap dan mampu untuk menghadapi  virus ini dengan pasti. Nyatanya Amerika dan China saja tetap kalang kabut. Padahal kurang apa lagi mereka.  Jadi pilihan sulit itu tepat.

Kini harapan untuk menuju keadaan yang lebih baik semakin jelas. Perlu kewaspadaan bersama. Untung Jokowi koppig dan tidak baperan.  Pilihan ala AHY dan Demokrat baru dalam ide saja telah gagal, bagusnya bukan sebagai pemimpin dalam keadaan genting.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply