Risma Ditegur Karena Memarahi Maling, Sakitnya Negeriku

Lagi-lagi mempertontonkan sakitnya elit negeri ini. Yang bekerja dimaki dan yang gak ngapa-ngapain aman sentosa. Pengalaman Ahok yang sepanjang masa kerjanya tidak pernah nyaman, dan berujung bui atas mulutnya  yang lemes, ternyata belum berakhir.

Kini, pejabat yang setipe dengan Ahok, berani, melaju di dalam badai, dan memorakporandakan sarang penyamun, kena tegur. Miris karena memarahi maling, Risma malah dikatakan pejabat tidak boleh marah-marah.

Ini aneh dan ajaib, bagaimana bisa, pejabat lebih tinggi mengomentari pejabat lain yang sedang memarahi tikus alias maling? Berbeda jika Risma itu memarahi pegawai yang terlambat datang karena  alasan sepele. Marah yang pada tempatnya kog.  Miris, maling malah dibela.

Pengulangan, bagaimana pejabat, mau pusat atau daerah, kalau bekerja malah mendapatkan  serangan yang  luar biasa. Lihat saja bagaimana Jokowi, Ahok, Risma, dan banyak lagi pejabat daerah. Namun pernah tidak terdengar suara meminta Muhaimin, Zulkifli Hasan, Fadli Zon, untuk turun, mundur atau ganti? Padahal apa sih yang sudah mereka lakukan?

Risma

Risma marah pada pejabat bank yang menahan uang dana bansos yang seharusnya untu rakyat terdampak pandemi.  Sudah pada ranah yang  tepat. Mengapa? Sudah keterlaluan. Anak yang nakal saja kalau terlalu juga bisa dimarahi.

Jangan bicara ideal, apalagi ketika dengan model baik-baik saja maling ngelunjak dan makin berani seolah menantang. Berapa saja uang negara yang seharusnya untuk rakyat menjadi bancakan para maling dan pencoleng berdasi ini?

Jangan sampai Risma terkena jebakan sebagaimana Ahok, di mana maling kembali pada habitat lamanya dan menggarong serta merusak tatanan yang sudah baik. Ngeri memang perilaku tamak elit negeri ini. Sudah tidak tahu malu dan munafik dibeber di muka umum.

Makin parah elit negeri ini, selain tamak, tak tahu malu, juga merasa diri selalu benar. Kaca mata kuda yang abai untuk selalu evaluasi diri. Layak mulai ada evaluasi tahunan bagi pejabat negara dan juga ASN, banyak yang mengantri untuk menggantikan dan jauh lebih kompeten.

Negeri ini bangsa yang besar, sayang dikelola dan dijalankan oleh orang-orang buta dan tuli nurani. Miris. Pekerja dihajar yang dongok dipuja puji.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply