5 Alasan di Balik Moncernya Elektabilitas Demokrat

Mendadak ramai bahwa partai mersi menduduki peringkat ketiga jika pemilu hari ini, laporan litbang Kompas. Saya termasuk yang kaget dan merasa aneh. Apa sih yang mereka lakukan untuk negeri ini? Terus sepanjang  SBY membangun apa dampak bagi masyarakat sangat terasa? Sama sekali tidak. Kecuali pada elit dan diri keluarga Cikeas.

Nah, layak diulik dengan cerdik, meskipun sangat asumtif, toh ada dasar berpikirnya sangat logis. Beberapa hal itu adalah;

ASN dan birokrat. Mereka merasakan dua pemerintahan yang bertolak belakang. Jelas enakan zaman SBY, doit gampang, kerja biasa, dan subsidi melimpah. Pantas pemilih Jokowi periode dua dari kalangan ini di bawah 30%. Wajar mereka milih kembali ke pola itu dari pada kerja keras, uang sampingan sedikit, subsidi pun minim. Buat apa bagi mereka keadilan sosial?

Kelompok ekstremis merajalela di zaman itu. Nah, ketika  Jokowi menekan mereka, tentu saja lebih memilih kembali pada stelan pabrik yang nyaman untuk aksi dan perilaku mereka yang ugal-ugalan. Sangat wajar, apalagi keadaan merdeka itu masih bisa dikembalikan, tiarap sejenak mereka masih bisa cepat pemulihan.

Mafia. Siapapun di Indonesia ini kan maunya kaya, enak, dan tidak mau tahu pihak lain. Semua lini dikuasai mafia. Era Jokowi semua itu mampet. Nah, ketika ada kesempatan mereka tentu ingat Demokrat. Di mana mereka pernah berjaya dan berkuasa atas semua hal. Minyak, listrik, otomotif, proyek infrastruktur. Semua dipegang itu-itu saja.

Elit politik. Biasa mereka bagi-bagi kue, tahu sama tahu, proyek dari tangan kanan ke   tangan kiri, semua demi fee, hal yang susah diperoleh lagi. Mereka tentu akan mengebalikan era emas itu. buat apa susah. Mau negara miskin, kere, rakyat menderita, bukan fokus mereka.

Tentara. Pemilih Jokowi di bawah tiga puluh persen, lebih dari 70% memilih orang yang enak di dalam kerja. Hal yang pasti mereka pilih, wong lebih nyaman, bisa ngobyek, masih karir bagus, mengapa kudu berbagi bagi negeri. Lihat saja bagaimana militer dan polisi saat ini kudu  kerja keras. Wajar mereka memilih yang membuat mereka gendut.

Publik jangan lengah karena penampilan SBY dan AHY, namun reputasi mereka selama menguasai negeri ini. Jangan lengah  dengan penampilan dan gaya santun.

Salam penuh kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply