AHY Uang Tidak  Cukup Mengantar Menjadi Presiden

Pilpres masih cukup lama, namun geliatnya sudah makin kuat. Belum ada calon yang cukup dominan, jadi semua masih berani merasa hebat. Ada tokoh kuat, namun  masih terbelenggu partai. Partai yang ngebet dengan calonnya, namun sepi dari dukungan pihak lain.

Sangat cair dan belum ada titik yang membuat semua yakin. Saling serang dan kunjung masih begitu cair. Belum ada yang berani menyatakan dengan sangat gamblang. Pengalaman Nasdem ternyata membuat parpol makin hati-hati.

Peringatan Jokowi di HUT Golkar makin membuat parpol tidak grusa-grusu. Memilih presiden yang benar. Artinya  parpol yang sudah deklarasi tidak benar. Sangat menarik.

Salah satu yang paling getol itu AHY dan Demokrat, sayang AHY sebagai pribadi masih jauh dari harapan. Pun partainya, tidak cukup menarik dalam hitung-hitungan partai untuk bisa mengusung calon dengan aman. Bicara di pileg dan pilpres juga masih belum meyakinkan.

Posisi AHY dipandang seksi oleh Nasdem, PKS, dan Anies sepanjang soal uang. Ini keadaan yang sangat dilematis. Bagaimana posisi tawar yang sangat rendah dan juga oleh Anies dinilai sebelah mata. Hanya semata soal uang yang berlimpah, entah dari mana.

Pemilik partai, meskipun kecil masih lumayan dari pada Anies Baswedan. Toh AHY juga tahu diri, masih menunggu kepastian cukupnya PT untuk mementaskan di pentas pilpres. Harapannya bersama Anies meskipun ngebet keknya harus berani bersikap. Bersama PKS sedikit lebih realistis, meskipun konsekuensinya pasti SBY sadar betul.

Uang tidak bisa mengantar ke kursi presiden kali ini. Jokowi yang sudah memberikan bukti dengan prestasi dan kinerja membuat pilpres 24 tidak sesederhana 2004. Dua dasa warsa lalu, semua masih sangat sederhana. elit maju, rakyat mau tidak mau toh ikut.

Kini, kondisi berbeda. Rakyat maunya pemimpin pekerja, jaminan ada perubahan, dan tidak hanya sekadar keturunan atau hubungan kekerabatan para elit. Lihat Abu Rizal Bakri terbuang, Amien     Rais hanya bisa teriak-teriak, Gatot Nurmantyo, bahkan Prabowo sekalipun.

Pangkat, uang, pintar bicara saja tidak cukup. Era pekerja dan eksekutor hebat sudah menjadi pilihan rakyat. Pengalaman masa lalu, sebenarnya bagi AHY sebagai pembelajaran. SBY sebagai kecelakaan sejarah perlu menjadi acuan AHY bukan malah mengandalkan keberuntungan semata.

Padahal jika AHY SBY mau, mendidik dan meniti karir politik dari bawah jauh lebih menjanjikan. Waktu yang akan menjadi media iklan bagi kesuksesan AHY. Sejak menjadi Ketua Umum Demokrat sebagai pemberian, sama sekali ia belum pernah menunjukkan kualitas dan kapasitas sebagai seorang calon presiden.

Mau tahu prestasinya seperti apa, ketika bicara saja fokusnya mencari kelemahan Jokowi. Publik paham, bagaimana mutu    Jokowi dan presiden yang digantikan. Malah diolok-olok oleh anaknya yang baru juga menjadi militer muda.

Jauh lebih keren, jika ia membuktikan dengan kinerja, capaian, dan juga prestasi kepemimpinan, salah satunya mencari pengurus dan kader yang berkualitas, bukan semata penjilat dan ABS.  Masih ada waktu, wong usianya cukup  muda, tidak usah gege mangsa.

Uang saja tidak cukup membawa pada kursi kepresidenan saat ini. Kapasitasnya telanjang, bahwa ia tidak mampu apa-apa lagi. Partai mana yang mau menggandeng anak kolokan begitu?

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply