5 Tip Mengatasi Galaunya Gatot Nurmantyo
Gatot Nurmantyo mau menggunakan Kostrad sebagai panggung politik. Hanya karena patung yang banyak berhubugan dengan Orba hilang diklaim sebagai penyusupan PKI. Ada yang aneh dengan membrandingkan diri sebagai seorang capres. Terlalu mentah.
Beberapa hal layak dijadikan pelajaran bagi Gatot Nurmantyo
Satu, ia harus berani dari sekarang, masuk atau membuat partai politik. Mosok kalah dengan Rhoma Irama. Eits ini bukan merendahkan penyanyi tetapi kapasitas sebagai politikus dan organisatoris tentu lebih mumpuni Gatot Nurmantyo. Jaringan juga lebih memiliki jaminan dari sekadar fans artis tentunya.
Dua, Gatot Nurmantyo perlu sadar siapa kawan yang ia tempeli. Begitu banyak keriuhan, namun tidak memberikan dampak politis secara nyata. Mereka-mereka ini juga menjadi incaran kubu Prabowo, Anies, dan AHY. Lihat saja selama ini bagaimana mereka selalu dalam satu barisan. Apakah cukup bagi Gatot membangun jaringan yang mengandalkan sekadar oposan saat ini. Mungkin riuh rendahnya, tetapi pemilihnya?
Tiga, he..he…ngakak dulu, Gatot Nurmantyo maunya jadi presiden tetapi membangun citra hanya setahun sekali, itupun usang yang diulang-ulang. Komunisme yang sudah tidak laku di dunia. di Indonesia apalagi. Ini hanya membangun sentimen ultrakanan versus ultrakiri yang tidak cukup patut.
Keempat. Berlagak oposan sepanjang pemerintahan ini. Ceruk yang tidak cukup luas dan dalam, namun diarungi begitu banyak calon yang potensial dan tampak dengan gamblang. AHY di sana, Anies apalagi, Prabowo pun dengan sangat enteng akan merangkul.
Kelima, perlu belajar pada Wiranto, Prabowo yang akhirnya mendirikan partai. Tanpa partai tidak bisa apa-apa. Mereka belajar dan mewujudkan itu.
Tetapi jangan menjadikan Jokowi sebagai model. Sedikit tokoh yang dilahirkan demikian.
Potensi itu ada, sayang malah disia-siakan karena tidak mau belajar dan sudah terlalu kepedean memainkan narasi dan permainan politiknya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
aneh
Mabuk