AHY, Keluarlah Kandang, Biar Paham Aslinya
AHY mengatakan, banyak orang atau masyarakat yang merindukan kepemimpinan Demokrat. Pakah demikian, atau hanya klaim sepihak? Layak kita cermati dengan mendalam dan lebih lanjut. Atau jangan-jangan karena anak buah yang ABS malahan?
Pertama, kalau memang merindukan kepemimpinan Demokrat, sudah pasti suara Demokrat tidak terjun bebas pada pemilu 2019. Dalih yang ada, pasti akan mengatakan, kan dulu, bukan yang sekarang. Sangat mudah dipatahkan.
Kedua, hasil survey sama sekali tidak memperlihatkan peningkatan signifikan suara dari partai mercy ini. malah cenderung turun dan masih pada posisi mengkhawatirkan. Jelas bahwa klaim merindukan kepemimpinan Demokrat itu perlu kajian lagi.
Ketiga, loyalis Demokrat hampir tidak ada. Berbeda dengan model PKS dan PDI-Perjuangan. Kedua partai ini sangat solid, lihat saja perolehan suaranya relatif stabil. Turun terus, ketika di luar pemerintahan. Ketika sudah tidak memiliki cukup pengaruh saja sudah terjun bebas. Bandingkan pemilu 2014, di mana sang pemenang episode sebelumnya itu?
Keempat, kerinduan jika nyata, mereka akan sangat suka cita mendukung AHY menjadi capres. Di mana posisi AHY dalam hasil-hasil survey. Lha survey internal saja hanya menempatkan pada posisi dua. Ini jelas sangat tidak cukup meyakinkan.
Kelima, narasi yang dibangun selama ini cenderung menjadi bahan tertawaan publik. Lihat saja, mana sih mereka memiliki isu yang sangat meyakinkan publik jika mampu membawa perubahan lebih baik.
Keenam, narasi mangkrak masih saja disebut dalam setiap masalah dan peristiwa politik. Melepaskan stigma seperti ini saja masih kedodoran. Sama juga dengan katakan tidak padahal korupsi juga masih sangat lekat.
Ketujuh, kader dan pengurus cenderung orang yang pragmatis, dan mengerikannya sangat suka ABS alias penjilat. Salah satunya narasi masyarakat merindukan kepemimpinan Demokrat.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan