Ajudan Anak Sambo, Menguak Tabir Perilaku Pejabat
Pemberitaan persidangan lanjutan Sambo menyajikan pembicaraan mengenai tugas ajudan. Tentunya yang patut mendapat ajudan adalah si pejabat, atau jenderal yang bersangkutan. Namun, malah menjadi ajudan anaknya.
Bagaimana juga si anak yang mendapatkan pelayanan super seperti ini, ketika kelak menjadi pejabat pula? Memang belum tentu demikian adanya, namun sedikit banyak tentu berpengaruh.
Anggaran negara untuk membayar ajudan, yang sebenarnya adalah hak pejabat untuk membantu tugas mereka yang memang sangat tidak sedikit dan ringan. Salah satu anggota Kompolnas menyebut ini adalah penyalahgunaan wewenang, kekuasaan. Mirisnya adalah Kadivpropam, yang mengurus mengenai jalannya profesionalitas polisi.
Bagaimana jika yang mengawasi saja menyimpang seperti ini? KPK harusnya juga menyasar hal demikian. Yakin, bahwa hal ini bukan hanya Sambo saja, terlalu tendesius bahwa mereka, para pejabat ya dominan perilakunya demikian. Pemborosan bagi negara.
Sebenarnya hal yang identik dengan staf ahli DPR. Mereka harusnya bukan negara yang membayar, namun anggota dewan yang memerlukan jasa mereka. Mengapa ada staf ahli? Karena anggota dewannya bodoh.
Kembali pada ajudan anak Sambo. Mempersiapkan masa depan anak, kasih sayang itu juga dengan pendidikan. Salah satunya adalah mengurus dirinya sendiri. Jadi ingat, bahwa pernah ada photo bagaimana ajudan itu sedang setrika baju seragam anak si jenderal. Lha ini ajudan atau ART?
Jika ART jelas bukan anggota polisi yang dibeayai ddan digaji oleh pemerintah atau negara dong? Pasti begitu banyak penyelewengan demikian.
Anak diservis full dengan anggaran negara, apakah yakin mereka tahu namanya perjuangan, tanggung jawab, dan etos kerja yang baik? Miris. Apalagi lulus sekolah berasrama itu nanti juga masuk akademi yang identik. Ajudan masih ikut terlibat dalam mengatur dan melayani hidupnya.
Kisah tragedi yang mengungkap begitu banyak kejanggalan, keanehan, dan penyelewengan yang tidak semestinya. Begitu banyak negara harus menanggung gaya hidup dan perilaku hedon pejabat negeri ini.
Masih juga memperlihatkan bagaimana profesionalisme pejabat negeri ini yang sangat rendah. Potensi masih main belakang sebagaiman adanya penangkapan Teddy Minahasa dan banyak bawahannya pun setali tiga uang.
Saatnya memang polisi juga militer, pun pejabat sipil mulai menjadikan integritas, kesetiaan pada Pancasila sebagai sebuah pegangan yang kokoh. Toh selama ini malah cenderung uang sebagai panglima.
Pil pahit memang harus ditelan untuk perbaikan dan menjadikan semua lebih baik. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
https://news.detik.com/berita/d-6444830/sambo-jadikan-ricky-rizal-ajudan-anaknya-kompolnas-abuse-of-power