Sesat Pikir Indra Charismiadji dalam Mendukung Anies Baswedan

Seorang tokoh pendidikan yang mengaku mendukung Anies Baswedan sebagai salah satu bakal calon presiden 24. Beberapa pernyataannya itu sebenarnya sesat pikir dan memotong fakta sehingga seolah-olah itu benar. beberapa kekeliruan itu adalah;

Pertama, ia mengaku ajaran agamanya cinta kasih, sehingga layak mendukung si bakal calon presiden ini. Apa kaitan antara cinta kasih dengan gelaran pencapresan. Sama sekali tidak ada. Agama dan politik tidak bertentangan, namun juga tidak layak jika dipaksakan untuk menjadi alat propaganda atau kampanye.

Kedua, mengaku beragama yang berdasar cinta kasih, ia   menyebut saya Nasrani. Tidak ada agama di Indonesia namanya nasrani. Ini adalah sebutan pihak lain yang mau membuat perbedaan, konsep liyan dalam hidup berbangsa. Mengapa ia tidak bangga mengaku Kristen, Katolik, atau apapun itu?

Ketiga, pencalonan Anies Baswedan banyak ditolak bukan soal kebencian, karena ras atau apapun latar belakang lainnya. Namun bagaimana kinerjanya selama ini tidak cukup membuktikan ia mampu sebagai seorang pemimpin, apalagi presiden.

Kinerjanya di Jakarta mempertontonkan bahwa ia tidak memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin yang memiliki visi dan kemampuan untuk mengeksekusi itu. tataran ide, gagasan, wacana, tata kata saja yang menjadi andalan.

Lihat Jakarta menjadi seperti apa. Sayangnya ia  menggantikan pekerja keras, sehingga kepemimpinannya terlihat buruk. Jika ia naik sebelum Jokowi tidak terlihat seburuk itu. Ini fakta, bukan asumsi.

Keempat, kembali ke point satu, jika ia mengatakan karena cinta kasih, ia mendukung salah satu bakal calon itu sebuah keharusan. Jika demikian, jika gembong narkoba, koruptor kelas kakap, bajingan tengik, mafia minyak mau mencalonkan diri jadi presiden juga boleh dan harus didukung begitu?

Aneh dan luar biasa pemanfaatan terminologi agama untuk kepentingan politik. Sudah demikian kenyang dengan politik identitas yang sudah menjadi musuh publik kini berganti. Menggunakan agama-agama yang dulu dijadikan musuh, kini menjadi kawan karib.

Mulai banyak narasi bahwa Anies Baswedan aman dan tidak membahayakan agama-agama kecil di Indonesia. Ini juga tidak soal, namun jangan lupakan bagaimana ia mengelola anggaran selalu kacau, di Kemendikbud, di Jakarta apalagi. Ini soal integritas.

Kelebihan bayar seolah-olah itu hal sepele, padahal mendasar, bagaimana memang tidak bisa bekerja. Belum lagi jika bicara siapa di balik dia untuk bisa getol menjadi bakal capres ini. jauh lebih mengerikan.

Sekali lagi ini bukan mengenai agenda ideologis, kebencian ras, agama, ataupun pribadi Anies  Baswedan, namun bagaimana kemampuan dia memang tidak layak menjadi presiden. Rekam jejak kinerjanya sangat buruk.

Ada yang membrandingkan antitesis Jokowi memang benar. Wong Jokowi pekerja keras ia hanya bicara lantang tanpa hasil. Jakarta malah mundur di tangannya. Ini alasan mengapa banyak yang tidak mendukung.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan

Leave a Reply