Pernikahan Kaesang dan Politik Si Biru
Kemarin perhelatan mantunya Presiden Jokowi membawa aroma politik yang cukup tajam. Sah-sah saja orang bicara itu silaturahmi, sosial, penghormatan, atau apapun itu. Toh ada dua tokoh politik yang diwarnai oleh identitas biru ada pada posisi yang berseberangan.
Surya Paloh izin tidak bisa hadir karena alasan berobat ke Jerman. Semoga lekas sembuh. Toh publik tetap mengaitkan dengan hari ulang tahun Nasdem dan Jokowi tidak datang. Hal yang bisa iya, bisa pula tidak sebenarnya. Toh yang paham mereka berdua.
Si biru yang lain, biasanya berjarak, bahkan tidak jarang berkomentar menohok, sering bahkan ngaco ke pemerintah dan pribadi Jokowi. Malah hadir. Alasan yang dikemukakan sangat maaf naif, bagi sekaliber SBY, mantan presiden dua periode. SBY mengatakan, Kaesang ikut menyolatkan mendiang Ibu Any. Konon, dalam pembicaraan media sosial, karena undangan diantar oleh Kaesang sendiri.
Apakah sesederhana dan senaif itu? Bisa iya, bisa tidak. Toh publik bisa menafsirkannya sendiri, mau ngaco ataupun berdasar, toh akhirnya politik itu bebas.
Padahal, untuk kepentingan negara, misalnya HUT Kemerdekaan RI saja sering mangkir dengan berbagai alasan. Ini urusan negara, bukan ranah personal. Mantu kog tiba-tiba mau-maunya datang, kemudian diwawancara pula. Ada apa?
Pernyataan ketum Golkar Airlangga Hartarto makin mendekati kenyataan. Si biru bergabung ke KIB. Meskipun masih terlalu dini, tetapi melihat gerak dan kode SBY kog makin jelas, meskipun belum sepenuhnya.
Konsekuensi logis atas itu adalah, bisa runyamnya koalisi perubahan yang digagas dan sudah digaungkan Nasdem. Bisa jadi Anies Baswedan hanya menjadi jurkam Nasdem kepagian. Lihat sudah safari ke mana-mana dengan jet pribadi pula.
Mengusung capres Nasdem tidak bisa sendirian. Suaranya tidak segede PDI-P, mereka butuh PKS dan Demokrat. Jika Demokrat hengkang, mereka berdua juga tidak cukup mampu mengajukan calon. Belum lagi selentingan PKS malah akan kembali berkolaborasi dengan Gerindra.
Kalkulasi demikian, membuat keadaan Nasdem dan Anies Baswedan jauh lebih sulit. Surya Paloh tampaknya tidak pernah memikirkan kalau keadaannya malah lebih sulit seperti sekarang. Awalnya dipikir sangat mudah.
Survey merilis namanya cukup moncer. Pendukung fanatis banyak. Terus pinter membangun narasi untuk mendapatkan panggung. Eh usai deklarasi malah redup perlahan-lahan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan