Apa Salah Anjing?
Mau protes paling jawabannya juga toh namanya ayam. Mengapa repot kebon kotor, dan sejenisnya. Malas ribet dan ribut dengan tetangga.
Masalahnya adalah, ketika itu berkaitan dengan anjing. Si guk-guk sudah dirantai, atau dikandang, hanya dengar suara gonggongan saja suah mau didemo. Padahal si asu ngapain, ngerusak aset tetangga? Enggak. Mengotori pekarang? Apalagi, jika berak di sana, okelah ngamuk.
Beberapa waktu yang lalu, ada anak membawa jalan-jalan si asu. Hewan piaraaan ini berak di jalan, sudah diibersihkan oleh yang membawa jalan-jalan. Namun dimarahi oleh bapak-bapak. Si bapak pemilik anjing mau mengadakan klarifikasi, malah dipukul sampai meninggal.
Semua diam, tidak jadi kehebohan, padahal orang meninggal karena tai anjing. Betapa biadabnya orang, hanya karena anjing berak sudah dibersihkan, melakukan pembunuhan. Tanpa reaksi apalagi demo berjilid-jilid. Ini sangat biadab. Mana ada pembunuhan pada maling doit negara? Tidak ada, malah dibela mati-matian.
Orang maling anggaran, menggunakan pandemi untuk mencari untung, menyusahkan orang karena tidak boleh beribadah, malah dibela sebagai perbuatan membela Tuhan? Lha Tuhan yang mana? Apa ada sih pperintah agama kog membunuh ciptaan? Atau menyusahkan ciptaan lain?
Beragama itu soal rasional juga, agar tidak keblinger dan fanatik sempit. Bak babi buta, melihat tai pun rasa coklat. Kebaikan itu begitu banyak, mengapa harus dirusak dengan kebencian atas nama agama. Ini soal tafsir bukan mengenai agama sejatinya. Tafsir koplak yang terus menerus terjadi.
Saya bukan penyuka anjing, hanya saja betapa banyak ketidakadilan pada si guk-guk yang lucu itu. Berbeda dengan hewan lain.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan