Implikasi Sakitnya SBY
SBY mengumumkan dirinya sakit dan telah telpon Presiden Jokowi. Mantan presiden ke-6 ini hendak berobat ke USA. Tentu artikel ini tak hendak memperolok atau menertawakan penderitaan, namun ada beberapa hal yang sangat menarik untuk menjadi pembelajaran bersama.
Menurut konpres yang disampaiakan asprinya, SBY sudah menelpon Presiden Jokowi sebagai orang yang penuh etika. Salut jika demikian, namun melihat sepak terjangnya selama ini, toh tidak menunjukkan demikian. Apakah karena minta pembeayaan dari negara? Nah jika demikian namanya bukan karena etika, karena pamrih.
Toh selama ini isu apapun, UU Ciptaker, UU KPK, bencana alam, tidak pernah menghubungi secara personal melalui saluran resmi sebagai seorang mantan presiden, selalu riuh rendah dan ditingkahi anak buahnya yang lebih heboh lagi. Artinya apa?
Berobat ke Amrik, luar negeri, ini menjilat ludah sendiri ketika pada masa lalu, SBY pernah melarang orang kaya sakit berobat ke luar negeri. Konsistensi sebagai seorang pemimpin itu ada di dalam pernyataan, sikap, dan juga perilakunya. Keputusan yang naif jika menilai dokter di Indonesia tidak mampu, apa dasar pernyataannya pada waktu yang lampau?
Padahal ke depan kondisi dan keadaan AHY selaku ketum bukan mudah dan sangat mungkin terancam. Tanpa penasihat handal, entahlah.
Keadaan Ibas jauh lebih memprihatinkan. Apalagi jika Anas benar-benar keluar, politikus yang merasa tertendang oleh keberadaan SBY bukan tidak mungkin menarik bayaran atas masa lalu mereka. Paling enteng ya menyeret Ibas.
Semoga lekas baikan Mr Presiden, tidak usah banyak pikiran, apalagi iri dengan kemajuan negeri ini. Sehat dan kembali mewarnai jagad medsos Indonesia dengan tantrumnya.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan