Arloji Jaksa 1,1 M, Kepercayaan pada Guru, dan Perilaku Koruptif

Arloji Jaksa 1,1 M, Kepercayaan pada Guru, dan Perilaku Koruptif

Artikel ini tentu saja berdasar praduga bersalah, bukan praduga tak bersalah yang membuat perilaku koruptif tidak pernah berkurang. Ketika menangkap Tom Lembong, diduga, jelas ini kerjaan netizen, jam tangan jaksa berharga lebih dari satu milyar. Sebenarnya di Indonesia jam model dan harga segitu biasa dikenakan pejabat dan juga pengusaha. Aneh dan sangat tidak logis, ketika dikenakan ASN, dalam hal ini jaksa juga.

Kisah pilu diajarkan pihak Pendidikan. Bagaimana guru mau memperjuangkan sertifikasi pendidik mereka diperlakukan seolah pencuri, maling, dan perampok yang tidak bisa dipercaya. Kamera mengintai dengan sangat ketat, soal bejibun dengan durasi waktu yang sangat ketat. Mereka, para guru ini dicurigai akan bekerja sama, berbuat curang, dan tidak jujur dalam mengerjakan ujian. Ironis.

Perilaku korup di negeri ini sangat massif, untuk kalangan elit, pejabat, penguasa partai politik, dan kroni mereka. Jangan harap bisa masuk bui, bisa-bisa yang lapor atau menyidik yang mati atau masuk penjara duluan. Guru-guru yang hanya mendapatkan remah-remah mereka malah dicurigai, tidak dipercaya, dan penuh dengan cara untuk bisa dipercaya.

Padahal jelas-jelas berapa gaji, tunjangan, dan pendapatan jaksa, kog arlojinya harganya sampai angka Sembilan nolnya. Tidak ada yang curiga, apalagi tidak percaya.  Coba jika yang mengenakan atau berperilaku nyleneh sedikit adalah guru? Pasti keluar regulasi yang pahit untuk para pendidik.

Dunia Pendidikan sedang pada titik nadir, di mana guru gamang untuk mendidik. Mereka sekadar mengajar, tidak peduli soal karakter, kepribadian, apalagi kedisiplinan. Mereka malah ketakutan. Wajar, menghasilkan produk yang doyan maling, pamer, tidak tahu malu, dan menangkap maling, padahal dirinyan sendiri rampok.

Padahal para elit lagi pamer mereka memiliki kuasa, mempunyai prestasi, dan model caper dan pansos yang memalukan. Harusnya pejabat itu malu maling, lha melanggar hukum yang paling sederhana saja harusnya malu. Di sini, semakin besar malah semakin gila dalam tidak punya malu.

Pendidik ketakutan jelas menjadi awal rusaknya bangsa dan negara. Mana yang baik dan buruk menjadi sumir, karena memang Pendidikan sekadar hafalan, bukan pengertian, apalagi menjadi pemecahan masalah.

Perilaku koruptif makin menjadi, Ketika pendidiknya ketakutan, penegak hukumnya memainkan aturan demi kepentingan sendiri. Klop sudah keadaan negara ini dalam posisi paling parah.

Salam Penuh Kasih

Susy Haryawan