Lukas Enembe, Aulia Pohan Kedua, Dengar Jokowi apa SBY
Kasus paling pelik setelah Setya Novanto dengan drama nabrak tiang listrik. Pengacara dan kalau tidak salah dokter juga ikut terseret masuk bui. Kini, setelah bertahun kemudian, ada lagi kasus KPK yang sangat susah.
Padahal sering catatan BPK itu ngaco. Tidak sekali dua kali WTP namun juga kena OTT. Artinya pembelaan elit partai tidak cukup membantu. Malah cenderung mempertontonkan ada apa dengan BPK. Jangan-jangan kek MA. Layak ditunggu. Belum lagi BPK sering orang politik juga.
Presiden Jokowi mengatakan, Lukas Enembe lebih baik mengikuti proses hukum. Seruan yang cukup keras, sebagai kepala negara kepada kepala daerah. Sebuah bentuk seruan moral bukan intervensi. Memang harus mengatakan itu sebagai sebuah keharusan dalam pemberantasan maling kerah putih.
MAKI mengatakan kalau SBY harus memerintahkan Lukas Enembe mengikuti proses hukum sebagaimana mestinya. Harapan bagus untuk negeri ini sekaligus belajar tata negara dan taat hukum. Siapa salah ya harus siap menerima hukuman, bukan malah dibela seolah tanpa cacat cela.
Pembelaan bak babi buta bisa menjadikan penegakkan hukum terutama maling kerah putih makin sulit. Padahal korupsi di Indonesia merupakan kejahatan luar biasa. Kala elit membela mati-matian pencuri anggaran negara atau daerah, layak mereka didukung mendapatkan kekuasaan lebih tinggi.
Apalagi AHY malah menarasikan bahwa Enembe sakit keras, sudah empat tahun. Lha apa dia tidak dong dengan peraturan perundangan? Sakit empat tahun kog memimpin daerah. Orang seperti itu mau jadi presiden?
Sejatinya inilah peran SBY untuk mampu memperlihatkan mutu kepemimpinannya. Tidak malah mati-matian membela seperti itu. Coba jika ia itu turun gunung untuk memberantas korupsi. Laporkan dengan data pejabat siapa saja yang maling, publik akan bersorak dan memilih AHY untuk menjadi capres.
Salam penuh kasih
Susy Haryawan