Batu Bara dan Koppignya Jokowi
Belum surut isu gugatan Barat atas penghentian ekspor bijih nikel dari Indonesia, kini Jokowi menggebrak lagi dengan menahan eksport batu bara. Hal yang wajar karena kebutuhan dalam negeri dulu, baru lainnya dieksport, ini tata kelola waras, bukan makelar.
Keputusan yang berani. Mau dalam negeri atau luar negeri terdampak dan sudah banyak yang teriak-teriak. Barat yang terbiasa pesta pora nikel dan menjual kembali ke sini menuntut ke WTO. Kini menyusul Philipina, Korea, Jepang bahkan China juga menjerit karena suplay batu bara ada masalah. Mereka krisis energi.
Jadi ingat., Setya Novanto bersama Reza Chalid menjuluki Jokowi koppig. Mereka yang biasa melobi pejabat penting itu kewalahan. Semua upaya mentok.
Kini, bnyak pihak yang merasakan. Luar negeri sudah pada berteriak, apalagi dalam negeri. Kala PLN dengan anak usah yang mengurus pasokan batu bara dibubarkan atas permintaan Luhut. Siapa di balik Luhut, jelas Jokowi.
Apalagi 2000an lebih konsensi tambang yang merupakan pesta ora elit bangsa ini, kini dicabut oleh Jokowi. Akhirnya wajar, kalau banyak barisan sakit hati ngaco dan membuat ulah.
Lihat saja tampilan rasis yang maij menguat, ini semua pasti ulah pihak-pihak yang biasa panen, pesta pora kekayaan bangsa ini dan terhenti. Mereka membakar kemarahan massa yang paling murah meriah ya agama dan kesukuan, sara.
Pelaporan Gibran dan Kaesang ke KPK juga bisa diduga untuk menekan Jokowi agar tidak terlalu galak pada elit negeri yang biasa berpesta pora. Siapa sih mereka-mereka ini?
Ah tentu pada paham. Yang selama ini memegang kendali negeri, penguasa parpol yang hartanya tujuh turunan, memiliki segala bisnis dari tambang hingga apa saja mereka mau. Betapa kekayaan mereka karena mengeruk sumber alam Indonesia untuk pribadi dan konco-konconya.
Mereka yang dulu alim dan kini beringas dan galak. Semua keputusan Jokowi dan jajaran dinarasikan sangat jelek. Mereka tentu tidak bisa bersaing dan enggan untuk berubah haluan. Sudah terbiasa enak dan nyaman, kini harus profesional, tentu saja tidak mau.
Lebih suka menjadi makelar dari pada bekerja keras. Orientasinya kan dapat untung bukan soal negara dan bangsa. Mereka tidak peduli, pokoknya mereka dengan kelompoknya sendiri. Negara dan maysrakat miskin mana duli.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Jokowi luar biasa. Lembut tapi tegas.
Setuju